Thursday, December 24, 2009

Bulan Desember di Dresden (bag. 1)

Di bulan Desember ini, ada beberapa kejadian, yang saya kira perlu dijadikan pelajaran buat kita. Tidak bermaksud menyakiti penganut agama lain, tulisan ini hanya bermaksud memberikan pelajaran buat kaum muslimin, untuk perbaikan diri sendiri. Kebetulan kisahnya (mungkin) terkait dengan kegiatan agama lain. Kegiatan itu adalah Weihnacht.

Kisah Pertama
International Office TU Dresden mengadakan acara Weihnacht Party. Selain mengundang mahasiswa TU Dresden untuk hadir, juga mengundang perwakilan negara-negara lain untuk mengisi acara. Organisasi masyarakat Indonesia di Dresden antusias untuk mengisi acara tersebut, dan menampilkan sebuah tari yang dilakukan berkelompok. Sebagian besar dari penari itu adalah muslim dan muslimah (sekitar 80%). Padahal pesta itu memperingati perayaan agama lain, bukan agama Islam.
Penari ini berlatih berhari-hari karena hampir semuanya belum pernah melakukan tari tersebut. Tentu saja bisa dianggap butuh waktu yang banyak. Apalagi tari ini adalah tari kelompok, yang menuntut kerjasama. Sehingga, meskipun pernah menarikannya, tetapi tetap perlu latihan kekompakan karena sebelumnya mereka bukan satu kelompok tari, hanya dibentuk saat mau tampil. Selain itu, muslim yang lain juga membantu dalam bentuk lain. Misalnya, menyediakan tempat dan memberikan konsumsi bagi penari saat latihan.

Kisah Kedua
Semester ini saya mengikuti kursus bahasa Jerman. Seminggu yang lalu adalah pertemuan terakhir dari kursus tersebut. Nah, di pertemuan terakhir itu, pelajaran diberikan dalam bentuk diskusi. Tema yang didiskusikan adalah tentang Weihnacht. Saya adalah satu-satunya peserta yang muslim. Sedangkan sisanya memeluk agama yang saat ini sedang merayakan Weihnacht. Sebenarnya ada 1 peserta lagi yang berbeda agama tetapi dia tidak hadir di pertemuan terakhir tersebut.
Karena pesertanya dari berbagai negara, mereka menceritakan perayaan Weihnacht di negara-negara masing-masing. Dari diskusi itu, saya dapatkan bahwa semuanya menceritakan tentang pesta perayaannya. Dan tidak menyinggung tentang peribadatan, yang seharusnya menjadi inti perayaan. Memang ada 1 peserta yang menyinggung tentang peribadatan, tetapi disinggung dalam sisi negatif, yaitu sebuah acara yang menjemukan.

Kisah Ketiga
Research group saya juga mengadakan perayaan Weihnacht. Selain mengundang semua staff di research group, juga mengundang mahasiswa S2, tanpa memandang agama masing-masing. Tentu saja ini atas inisiatif professor sebagai kepala research group.
Ceritnya, ada 2 staff research group yang tidak menghadiri, yang membikin kecewa professor itu. Kedua staff itu beragama Islam dan berpandangan bahwa Islam melarang muslim untuk menghadiri acara perayaan hari besar agama lain. Tetapi di sisi lain, ada mahasiswa muslim lain (bahkan banyak) yang mengikuti acara tersebut. Yang intinya, ada muslim yang menganggap bahwa menghadiri perayaan hari besar agama lain adalah boleh (halal).

Kisah Keempat
Ada seorang muslimah muallaf yang bekerja sebagai Au Pair di keluarga Jerman, yang mempunyai 4 orang anak yang masih kecil. Keluarga ini mengaku tidak percaya adanya Tuhan. Dengan kata lain mereka adalah atheis. Muslimah tersebut berpindah agama saat sudah bekerja di keluarga tersebut.
Awalnya mereka membolehkan muslimah tersebut untuk berjilbab. Tetapi lama-kelamaan mereka berusaha melarang sedikit demi sedikit. Awalnya, hanya melarang saat mengantar dan menjemput anak-anak mereka ke sekolah. Lama-lama mereka melarang memakai jilbab saat di rumah. Jadi, hanya saat keluar rumah dan sendirian saja, dia bisa mengenakan jilbabnya.
Puncaknya adalah saat perayaan weihnacht. Awalnya, mereka berencana mengadakan pesta di rumah dengan mengundang keluarga dan teman-temannya. Dan, sudah pasti mereka akan melarang muslimah tersebut untuk mengenakan jilbab saat di rumah. Tetapi mereka membolehkan mengenakan jilbab tersebut asalkan tidak berada di rumah. Padahal itu akan berlangsung selama 2 hari.
Saya tidak bisa membayangkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Yang saya tahu, itu akan menjadi masalah besar buat muslimah itu, yang tidak punya saudara sendiri di Dresden karena dia berasal dari sebuah negara di Afrika. Tetapi Alhamdulillah, ada saudara karena agama, seorang muslimah, yang bersedia membantu dengan menampung di rumahnya selama 2 hari tersebut.
Namun, mendekati hari H, keluarga itu berubah pikiran. Pesta itu tidak jadi di keluarga mereka, tetapi ke tempat lain, di kota Stuttgart. Untuk yang terakhir ini, mereka tidak memberi pilihan ke muslimah tadi. Dia harus ikut dan selama itu dia tidak boleh mengenakan jilbab.

Kisah Kelima
Beberapa hari menjelang hari weihnacht anak pertama saya masih sekolah. Sepulang sekolah dia menunjukkan hadiah yang diperoleh dari gurunya. Hadiah itu berupa sebuah buku yang bagus, alhamdulillah. Menurutnya dia dapat hadiah karena prestasi hari itu bagus. Selain dia, ada 4 siswa lagi yang juga mendapat hadiah.
Kemudian dia bercerita. Katanya bahwa hadiah itu berasal dari weihnachtmann. Bu Gurunya yang mengatakan demikian. Menurut Bu Guru, yang berprestasi bagus hari itu akan mendapatkan hadiah dari weihnachtmann.
Karena kita tahu pasti bahwa weihnachtmann itu tidak ada, saya dan isteri saya pun mencoba menerangkan bahwa itu adalah bohong. Hadiah itu bukan berasal dari weihnachtmann tetapi dari Bu Guru atau dari sekolah. Mereka membelinya di toko dekat sekolahan, yang juga dekat dengan rumah tinggal kami. Kami tidak mau anak kami diberi cerita bohong.

(bersambung)


Selengkapnya...

Saturday, December 12, 2009

Penipuan VIA ATM Lagi

Selama ini, biasanya penipuan via ATM diawali dengan SMS yang memberitahukan bahwa calon korban mendapat hadiah. Hadiah tersebut akan dikirim lewat ATM. Pengiriman ini dilakukan dengan cara, yaitu korban datang ke ATM dan diminta melakukan sesuatu berdasarkan panduan yang diberikan oleh pemberi hadiah.

Sedangkan dalam kisah yang saya tulis ini, korban ke ATM dengan tujuan untuk mengecek apakah transfer ke rekening dia sudah masuk atau belum.

================================================

HATI-HATI PENIPUAN VIA ATM

Suatu saat ada seorang laki-laki menelpon saya dengan mengaku akan pesan 3 item barang. Karena jumlah masing-masing item cukup banyak maka saya katakan bahwa saya akan menghubungi distributor untuk memastikan barang tersebut ada/tidak. Selang berapa hari saya menelpon pemesan tadi untuk memberitahu bahwa barang itu ada. Tapi saya mengatakan bahwa barang yang dipesan akan saya kirim setelah uang ditransfer. Maka dia akan menyanggupi dengan meminta no rek saya.

Singkat cerita, dia kirim SMS untuk memberitahu saya bahwa dia telah kirim uang seharga barang yang dimaksud. Lalu saya cek saldo tabungan saya, ternyata tidak bertambah yang berarti uang tersebut tidak masuk. Dia dengan tenang menjawab, mungkin lagi ada gangguan jaringan. Besoknya saya cek lagi di ATM ternyata juga tidak masuk. Karena penasaran besoknya saya cek kembali, juga tidak masuk. Maka saya pun memberitahu orang tersebut.

Lalu dia berkata, "Bapak nanti ke ATM lagi lalu Bapak jangan mematikan HP kalau saya hubungi selama di ATM. Tunggu 2 menit karena saya akan menghubungi Halo B**", dengan nada meyakinkan. Sayapun percaya. Ketika saya di ATM itulah dia memandu saya untuk melakukan ini dan itu.

Setelah terjadi transaksi baru saya sadar kalau uang saya berpindah ke rek orang tersebut, bukan uang dia yang terkirim ke rek saya. Singkat cerita, lalu orang tersebut tidak mengaktifkan lagi no HP yang digunakan untuk menghubungi saya selama ini. QoddaruLlah wama sya'a fa'al.

================================================

Sumber: Majalah Nikah, No. 09, Volume 8, Tahun 2009.

Selengkapnya...

Thursday, December 10, 2009

Kuda Troya

Orang-orang informatika mengenal istilah Kuda Troya (Trojan Horse) sebagai sebuah jenis virus komputer. Secara sederhana, cara kerja virus ini adalah menumpang di sebuah software, yang mungkin kita perlukan. Saat kita menggunakan software ini, virus itu akan bekerja. Dan kebanyakan kita tidak menyadarinya karena kita pikir bahwa yang bekerja adalah software yang kita gunakan itu.

Penggunaan istilah Kuda Troya ini tentu saja ada latar belakangnya. Hal itu disebabkan karena cara kerja virus itu yang memang mirip (atau memang sengaja meniru) kisah Kuda Troya dalam sejarah (mitos?) Yunani. Berikut kisah singkatnya:

Alkisah, terjadi peperangan antara kerajaan Yunani dengan kerajaan Troya. Sebenarnya dalam peperangan itu, Yunani bisa mengalahkan Troya. Tetapi Yunani tidak berhasil menembus benteng pertahanan Troya. Yunani membuat strategi agar bisa menembus benteng Troya.
Komandan perang Yunani membuat patung kuda dari kayu yang cukup besar, yang perutnya berongga. Kemudian perut itu diisi dengan pasukan Yunani, termasuk komandannya. Patung kuda ini dibawa saat peperangan. Dalam peperangan itu, pasukan Yunani melarikan diri dengan sengaja dan meninggalkan satu orang tentara dan patung kuda tersebut. Saat bertemu dengan pasukan Troya, tentara yg tertinggal ini pura-pura marah ke pasukan Yunani yang meninggalkannya sendirian. Dia juga meyakinkan pasukan Troya bahwa patung kuda ini aman.
Pasukan Troya merasa meraih kemenangan dan mendapat rampasan patung kuda yang sangat besar dan bagus. Mereka membawa patung kuda dan tentara itu masuk ke dalam benteng. Saat mereka terlelap di malam hari setelah berpesta atas kemenangan mereka, pasukan Yunani yang berada di dalam patung kuda keluar dan menyerang kerajaan Troya dari dalam. Pasukan Yunani ini juga bisa membuka benteng dari dalam dan memasukkan pasukan yang lain, yang sudah siap di luar benteng. Dengan mudah mereka dapat mengalahkan kerajaan Troya.

Buat orang Indonesia, mungkin tidak mengingat kisah ini karena hanya belajar sekali saja, yaitu saat mengikuti pelajaran sejarah di SMA. Itupun sangat kecil dibandingkan dengan keseluruhan materi pelajaran sejarah. Tetapi kisah ini sebenarnya tidak pernah hilang, bahkan tetap dijaga dan menjadi inspirasi orang-orang yang berhati jahat. Salah satunya adalah jenis virus yang saya tampilkan di muka.

Saya tampilkan kisah itu di blog dengan tujuan bukan untuk meniru strategi pasukan Yunani ini yang sebenarnya tidak jantan dan tidak ksatria, melainkan agar kita waspada karena masih banyak orang jahat yang menirunya. Sejarah Indonesia sebenarnya banyak mencatat peristiwa-peristiwa yang sengaja atau tidak meniru strategi ini.

Contohnya adalah pada masa penjajahan bangsa kita ini. Saat itu hampir semua negara-negara penjajah menerapkan strategi pecah-belah dan kuasai. Untuk menerapkan strategi pecah-belah, mereka berpura-pura menjadi sahabat atau rekan bisnis. Setelah sebagian dari bangsa kita menganggap sebagai teman yang baik, mereka mempengaruhinya sehingga akhirnya mereka memisahkan dirinya. Biasanya mereka juga menjanjikan bantuan untuk mendukungnya, meskipun pada akhirnya mereka menyatakan bahwa bantuan itu tidak gratis.

Contoh lain adalah perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda. Saat itu Belanda kesulitan menghadapi rakyat Aceh, yang persenjataannya jauh kalah lengkap. Strategi pecah-belah pun tidak bisa diterapkan karena keyakinan agama mereka yang kuat. Selanjutnya, mereka menerapkan strategi yang hampir mirip. Mereka menempatkan Snouck Hurgronje ke dalam, dengan mengaku-aku beragama Islam. Snouck ini sudah belajar Islam sebelumnya, hapal Al-Qur'an, dan juga sudah 'beribadah' haji. Rakyat Aceh menerima kehadirannya. Namun, ternyata Snouck ini menyerang dari dalam, dengan melemahkan semangat perlawanan mereka. Akhirnya, seperti tercatat dalam sejarah, Aceh pun jatuh ke tangan Belanda.

Sejarah kita juga mencatat, bahwa strategi ini sebenarnya tidak hanya dalam level peperangan fisik, namun juga dalam peperangan pemikiran dan keyakinan.

Contoh yang paling dekat dengan masa kita adalah sebuah partai yang dinyatakan sebagai partai terlarang sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Partai ini tergolong berhasil dengan membuat banyak organisasi masuk ke dalamnya. Strategi yang mereka terapkan disebut sebagai infiltrasi. Mereka menempatkan anggota partainya untuk menjadi anggota organisasi yang lain, yang tentunya tidak mencurigainya. Seiring berjalannya waktu, anggota ini 'menyerang' dari dalam, menempati posisi strategis dan mempengaruhi anggota-anggota yang lain sehingga akhirnya mereka sepakat membawa organisasi ini menjadi organisasi di bawah partai tersebut.

Snouck Hurgronje tadi tidak hanya menerapkan strategi ini dalam peperangan fisik seperti di Aceh, tetapi juga dalam peperangan melawan keyakinan Islam. Pengaruh dia ternyata sampai ke tanah Jawa. RA Kartini -bangsa kita pasti mengenal dia- menganggap Snouck H adalah seorang ulama Islam. Dalam salah satu suratnya, dia menanyakan ke Snouck tentang bagaimana ajaran Islam memperlakukan wanita. Yang ingin saya tekankan di sini adalah bagaimana seorang Snouck H dianggap sebagai seorang ulama Islam. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak orang-orang Indonesia lain yang menganggap Snouck adalah ulama Islam. Padahal sejarah kita justeru mencatat Snouck adalah bagian dari penjajah Belanda.

Bagaimana dengan Islam? Kalau kita lihat, keyakinan utamanya selalu 'melawan' (bertentangan dengan) agama lain. Jadi wajar kalau ada juga yang 'menyerang' secara keyakinan.

Sejarah juga mencatat penggunaan strategi ini dalam melawan keyakinan Islam. Contohnya adalah saat Rasulullah sholAllahu 'alaihi was salaam sudah di Madinah. Waktu itu ada beberapa orang yang masuk Islam, yang sebenarnya hanya disuruh oleh pemuka agama sebelumnya. Setelah masuk Islam, esoknya mereka disuruh untuk keluar dari Islam dan kembali ke agama semula. Tujuannya adalah menimbulkan keragu-raguan umat Islam saat itu, dengan adanya orang Islam yang murtad.

Contoh yang lain adalah keberadaan Abdullah bin Saba'. Dia masuk Islam setelah masa kekhalifahan. Sebenarnya dia tidak benar-benar masuk Islam karena apa yang diyakini sangat jauh bertentangan dengan Islam. Namun, dia tetap mengaku Islam dan merusak Islam dari dalam. Dia banyak mengajarkan keyakinan yang jauh menyimpang dengan apa yang diajarkan Rasulullah sholAllahu 'alaihi was salaam. Khalifah Ali radhiyAllahu 'anhu menghukum Abdullah ini karena ajarannya.

Kemungkinan masih banyak contoh lain penerapan strategi Kuda Troya ini, baik dalam peperangan fisik maupun peperangan pemikiran dan keyakinan. Khusus untuk umat Islam, kita memang harus waspada terhadap serangan keyakinan semacam ini, karena ini sangat berbahaya. Serangan dengan strategi ini sangat sulit dideteksi dan kemungkinan juga kita tidak menyadarinya. Tiba-tiba saja, kita baru tahu bahwa agama yang kita anut adalah agama Islam yang sudah 'dirusak'.

Kewaspadaan yang saya maksudkan di sini tidak berarti kita harus punya sikap su'udzon terhadap saudara kita semuslim. Kita harus tetap husnudzon terhadap saudara kita. Hanya saja, jangan telan mentah-mentah setiap apa yang disampaikan. Kita harus mengetahui sumbernya. Ada 2 alasan kenapa kita harus hati-hati dalam hal ini. Pertama, yang memberi tahu belum tentu sudah mengetahui sumbernya sehingga dia telah menjadi kaki tangan Kuda Troya tanpa dia sadari. Kedua, bisa jadi kita sendiri yang menjadi kaki tangan Kuda Troya itu, dengan menerimanya dan menyampaikannya ke orang lain.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu menunjuki kita jalan yang lurus.


Selengkapnya...

Wednesday, November 4, 2009

Ruwaibidhah

Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).


Dalam hadits tersebut, Rasulullah sholAllahu 'alayhi wassalaam memperingatkan akan datangnya suatu masa, yaitu saat kita akan berhadapan dengan banyak penipuan. Pada masa itu, pendusta dan pengkhianat akan lebih beruntung secara duniawi dibandingkan dengan orang yang jujur dan amanah karena pendusta dan pengkhianat itu lebih dipercayai. Tetapi hal ini bukan berarti kita dianjurkan untuk meninggalkan jujur dan amanah meskipun kita didustakan dan dianggap pengkhianat. Karena memang tujuan seorang mu'min hanyalah mencari keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala, bukan untuk mencari keridhaan manusia. Tujuan seorang mu'min adalah akhirat, dan bukan dunia.


Selengkapnya...

Thursday, October 22, 2009

Mereka bukan Orang-orang Munafik

Komunitas muslim di Dresden, Jerman, tidak begitu banyak. Angka tepatnya saya tidak mengetahui. Yang saya jadikan ukuran adalah jamaah sholat jum'at. Berdasarkan kapasitas masjid, saya perkirakan jumlah jamaah tidak mencapai angka ribuan. Di Dresden terdapat 2 masjid. Jadi kalau ditotal, jumlah jamaah tidak melebihi 2 ribu orang. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar.

Meski begitu, masjid tidak sepi dari aktifitas, terutama masjid yang dekat dengan tempat tinggal saya. Agar tidak salah faham, perlu saya tekankan bahwa bukan berarti masjid satunya sepi dari aktifitas, tetapi penyebutan masjid pertama karena masjid pertama lah yang saya ketahui. Sedangkan masjid kedua tidak saya ketahui karena letaknya yang jauh.

Salah satu aktifitas yang tetap berjalan adalah sholat wajib berjamaah. Meski jamaahnya tidak banyak, tetapi alhamdulillah hampir selalu ada. Hanya kadang-kadang saja sholat berjamaah tidak ada. Itupun memang karena alasan yang diijinkan oleh agama, yaitu karena hujan, jamaah teraktifnya (termasuk imam) sedang sakit, atau sedang bepergian ke luar kota.

Yang membuat saya kagum adalah mereka tidak bisa dikatakan 'dekat' dengan masjid. Mereka benar-benar jauh, sampai beberapa kilometer. Selain itu, posisi masjid juga tidak terjangkau angkutan umum. Halte terdekat dengan masjid berjarak ratusan meter (mungkin tidak kurang dari 500 meter), yang berarti jarak tersebut harus ditempuh dengan jalan kaki. Sehingga mereka punya berbagai strategi agar tetap dapat mengikuti sholat wajib berjamaah sesering mungkin.

Bagi yang berstatus pekerja, kebanyakan mereka memiliki mobil sehingga tidak masalah. Berbeda dengan yang berstatus pelajar, yang uangnya tentu tidak cukup untuk membeli mobil. Salah satu strategi di antara mereka adalah membeli sepeda. Selain harganya murah, juga tidak memerlukan biaya lagi saat digunakan. Benar-benar terjangkau.

Beda lagi dengan yang tinggal di luar kota, yang berarti sangat jauh karena masjid dekat dengan pusat kota. Setiap akhir pekan (Sabtu dan Minggu) mereka akan berbelanja ke kota (maksudnya Dresden) dengan harapan selain bisa berbelanja, mereka juga bisa mampir ke masjid agar dapat mengikuti sholat berjamaah. Biasanya mereka akan seharian di Dresden, atau bahkan 2 harian penuh, sehingga bisa mengikuti beberapa sholat jamaah.

Yang paling unik adalah seorang jamaah dari Pakistan. Jamaah itu memakai inline kalau sedang ke masjid. Sama murah dan sehatnya dengan sepeda dan jalan kaki. Tetapi lebih cepat dibandingkan dengan jalan kaki.

SubhanAllah, mereka begitu bersemangat mengerjakan sholat wajib berjamaah. Dan sungguh aneh kalau ada orang yang berkomentar bahwa orang yang seperti itu disebut orang munafik, dengan alasan orang yang sholat berjamaah adalah orang yang ingin terlihat saat mengerjakan sholat. Saya yakin mereka tidak seperti itu. Mereka adalah orang yang hanya ingin mendapatkan pahala yang lebih banyak dari sholat yang mereka kerjakan. Semua muslim pasti tahu bahwa pahala sholat jamaah di masjid jauh lebih banyak dibandingkan sholat sendirian di rumah. Ditambah lagi pahala perjalanan menuju ke masjid.

Bagi orang-orang yang mengatai mereka sebagai orang munafik, berhentilah berkata demikian. Takutlah akan ancaman bahwa tuduhan yang salah akan mengenai orang yang menuduh...


Selengkapnya...

Monday, October 12, 2009

Hati-hati dengan bercanda

Bercanda bukan menjadi pemandangan yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti senang untuk bercanda (termasuk saya). Namun, kita harus hati-hati dalam bercanda karena bercanda ada batasnya. Kalau kita tidak hati-hati, kita justeru akan mendapat dosa karena candaan kita.

Salah satu bentuk bercanda yang mendatangkan dosa adalah bercanda dengan berdusta. Banyak hadits-hadits Rasulullah sholAllahu 'alaihi wassalaam yang melarang kita untuk berdusta saat bercanda. Berikut ini hadits yang dimaksud:
1. “Aku menjamin sebuah taman di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seorang yag baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud)
2. “Sesungguhnya aku juga bercanda, dan aku tidak mengatakan kecuali yang benar. (HR. At-Thabrani dalam Al-Kabir)
3. “Celakalah seorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad).

Semoga Allah subhanAllahu wa ta'ala melindungi kita dari yang demikian.

Dalil-dalil dinukil dari web muslimah.


Selengkapnya...

Saturday, October 10, 2009

Teori Evolusi (Bagian 1) : Teori Tanpa Bukti

Pasti setiap orang yang pernah masuk SMP mengenal Teori Evolusi. Teori ini dicetuskan oleh seorang yang bernama Charles Darwin. Salah satu yang pasti diingat setiap orang yang pernah belajar Teori Evolusi adalah "Manusia itu keturunan kera". Begitu terkenalnya kalimat itu sehingga hampir setiap orang hapal di luar kepala.

Dunia informatika pun terpengaruh dengan teori ini. Salah satunya adalah algoritma genetika. Algoritma genetika ini diklaim sebagai adopsi dari teori evolusi. Tidak heran kalau setiap mengajar kuliah ini selalu akan menyinggung teori tersebut. Saya, yang termasuk pernah mengajar materi itu, merasa bersalah juga. Bagaimana pun juga teori ini adalah teori yang belum pernah dibuktikan.

Di tulisan ini, saya sedang tidak membuat tulisan ilmiah. Tetapi hanya sekedar sharing pemikiran bahwa teori ini sebenarnya tidak layak diajarkan karena memang belum pernah dibuktikan sama sekali. Apa yang disampaikan dalam teori ini baru sekedar pendapat seseorang, yang menuntut pengikutnya untuk membuktikan. Tetapi apa yang disampaikan dalam pelajaran seolah-olah tidak menyinggung masalah ini. Seolah-olah teori evolusi itu adalah sebuah kebenaran mutlak yang harus diyakini.

Seperti kita ketahui, di dunia sains, kita mengenal istilah teori sebagai sesuatu yang perlu dibuktikan (lihat definisi). Biasanya pencetus teori akan menunjukkan cara pembuktian jika saat itu dia belum dapat membuktikan sendiri karena suatu kendala.

Demikian juga dengan Charles Darwin. Dia juga sudah memberikan cara-cara untuk membuktikan bahwa teori yang diusulkan adalah benar. Yang dia sampaikan adalah teori evolusi akan benar jika ditemukan fosil-fosil makhluk intermediate dalam jumlah yang sangat besar. Kalau tidak, maka teori evolusi tersebut belum bisa dinyatakan benar.

Kenyataannya, sampai saat ini belum pernah ditemukan 1 jenis fosil makhluk intermediate yang dimaksud. Apalagi dalam jumlah yang sangat besar. Apalagi untuk semua kemungkinan jenis fosil makhluk intermediate, yang kalau dihitung pastilah kita tidak dapat menghitungnya. Sebagai contoh dari makhluk gorilla menjadi manusia, terdapat ratusan bahkan ribuan makhluk intermediate. Memang pernah ada klaim bahwa manusia purba adalah makhluk intermediate ini. Tetapi ini perlu dibuktikan lebih lanjut. Pertanyaanya: dimana fosil-fosil yang seharusnya ada dalam jumlah yang sangat banyak ini?

Jadi, menurut Charles Darwin sendiri, teori ini sebenarnya belum dapat dibuktikan kebenarannya. Sungguh aneh kalau ada orang yang mempertahankannya. Ini benar-benar menyalahi prinsip ilmiah. Bahkan seolah-olah pendukung teori ini menutup mata dan menyembunyikan kenyataan ini. Sebuah kebohongan ilmiah yang merusak dunia ilmiah.

Selengkapnya...

Monday, September 21, 2009

Profesi yang Diharamkan

Baru saja terpikir untuk menulis tentang profesi-profesi yang kemungkinan diharamkan, yang buat kita mungkin sudah biasa (sudah dianggap halal). Tujuan saya hanya untuk mengingatkan bahwa sesuatu yang menurut kita sudah biasa belum tentu halal. Bahkan bisa jadi, profesi itu diharamkan.

Salah satu profesi yang muncul di benak saya adalah Pesulap. Meskipun saya bukan ahli sulap, tetapi saya pernah belajar sulap kecil-kecilan waktu masih SMP (astaghfirullahal azhiim). Sehingga saya tahu bahwa sulap hanyalah tipuan semata. Mereka memanfaatkan berbagai trick (tipuan) untuk melakukannya. Sebenarnya, ada beberapa jenis tipuan, diantaranya adalah kecepatan tangan dan penggunaan alat-alat tersembunyi.

Segala bentuk tipuan sudah jelas haram hukumnya. Ini tidak perlu diperbebatkan lagi. Namun, keharaman sulap tidak hanya sampai di sini. Kalau kita mencoba mendengarkan ucapan-ucapan pesulap, maka yang akan kita dengarkan adalah ucapan-ucapan dusta belaka. Kenapa saya bilang dusta, karena apa yang mereka ucapkan sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang akan mereka lakukan. Perhatikan beberapa kalimat yang mungkin akan diucapkan oleh pesulap:
  1. Mengubah kertas menjadi burung.
  2. Mengubah lilin menjadi sapu tangan.
  3. Memotong (maaf) tubuh orang dan menyambungkannya lagi.
  4. Mengubah manusia menjadi manusia lain, atau bentuk-bentuk lain.
Seorang pesulap akan mengucapkan kalimat itu saat melakukan sulap yang terkait. Padahal yang dia lakukan tidak demikian. Seorang Pesulap tidak akan pernah menceritakan apa yang sebenarnya dia lakukan karena kalau demikian, tontonannya menjadi tidak menarik lagi. Jadi, selain masalah tipuan, keharaman profesi ini adalah setiap saat seorang Pesulap hanyalah menyampaikan ucapan-ucapan dusta belaka dalam pentasnya.

Ternyata, selain itu, ada sisi lain yang membuat profesi ini haram. Termasuk juga menontonnya, juga diharamkan. Silakan mengunjungi artikel ini untuk lebih jelasnya.

Selengkapnya...

Wednesday, September 16, 2009

Menjadi kera dan babi...

Mungkin sebagian pembaca masih bingung tentang definisi jujur, meskipun saya pernah menampilkan link yang, insya Allah, sudah sangat tepat mendefinisikannya. Lihat postingan saya yang berjudul Jujur, Kiat Menuju Selamat. Untuk lebih memperjelas, berikut ini akan saya tuliskan salah satu contoh dari lawan jujur, yaitu dusta. Insya Allah, saya carikan contoh dusta yang sangat canggih. Sebagian dari kita mungkin tidak menyadari bahwa kisah ini digolongkan sebagai perilaku yang tidak jujur. Tetapi Allah SWT telah mengabadikan kisah ini dalam Al-Qur'an dan sudah menyatakan bahwa perilaku ini termasuk tidak jujur sehingga Allah SWT memberikan hukuman. Dengan demikian, kisah ini sekaligus mempertegas definisi tidak jujur menurut Allah SWT.

Perhatikan kisahnya dalam Al-Qur'an, surat Al-A'raf:163:

وَسْئَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِى كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِى السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لاَ يَسْبِتُونَ لاَ تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

Dan tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.
Ayat tersebut menceritakan sebuah kaum yang melanggar aturan hari Sabtu. Di ayat lain dikisahkan bahwa aturan hari Sabtu itu adalah kaum tersebut dilarang menangkap ikan pada hari Sabtu, dan diperbolehkan untuk menangkap ikan di hari-hari yang lain. Selanjutnya, Allah SWT menguji mereka dengan membuat ikan-ikan banyak dan terapung di permukaan laut pada hari tersebut, sedangkan di hari-hari lain ikan-ikan itu tidak datang.

Akhirnya kaum itu melanggar aturan tersebut karena banyaknya ikan pada hari yang dilarang. Dan Allah SWT menghukum pelanggaran ini dengan menjadikan kaum itu sebagai kera dan babi.

Al-Qur'an, surat Al-A'raf:166

فَلَمَّا عَتَوْاْ عَن مَّا نُهُواْ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُواْ قِرَدَةً خَـسِئِينَ

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya:" Jadilah kamu kera yang hina ".

Lihat juga Al-Qur'an, surat Al-Maidah:60.

Bagaimana sebenarnya kisah pelanggaran ini? Kisah inilah yang akan saya ceritakan... Berikut ini adalah kisah tersebut yang saya susun ulang.
Terdapatlah suatu kaum yang mempunyai matapencaharian mencari ikan di laut. Kaum ini dibebani syariat yang salah satunya adalah Aturan Hari Sabtu. Dalam aturan ini, mereka diperbolehkan mencari ikan kecuali pada hari Sabtu. Sedangkan di hari-hari yang lain mereka bebas.

Namun, ternyata pada hari Sabtu, ikan-ikan seperti menantang. Mereka banyak berkumpul di permukaan laut. Karena berada di permukaan, kaum tersebut dapat melihatnya. Sedangkan di hari-hari lain, ikan-ikan itu tidak muncul. Ini merupakan ujian Allah SWT terhadap kaum itu apakah mereka tetap menjalankan aturan syariat yang telah ditetapkan, meskipun kondisinya tidak menguntungkan buat mereka.

Tentunya mereka ingin mendapatkan ikan yang banyak. Tetapi mereka tetap ingat tentang Aturan Hari Sabtu. Akhirnya mereka sepakat melakukan berikut. Mereka akan memasang penangkap ikan pada hari Jumat malam, dan akan mengambilnya pada Minggu pagi. Dengan penangkap ikan tersebut, ikan-ikan yang muncul pada hari Sabtu akan tertangkap. Dan keesokan harinya, ikan-ikan yang tertangkap itu dapat diambil. Anggapan mereka bahwa mereka tidak mencari ikan pada hari Sabtu karena mereka tidak melaut sehingga mereka tidak melanggar Aturan Hari Sabtu.

Tetapi penilaian Allah SWT tidak demikian. Mereka telah berbuat curang. Mereka telah berdusta, sehingga mereka tetap dinyatakan melanggar Aturan Hari Sabtu. Akhirnya mereka dihukum berubah menjadi kera dan babi, dan hanya hidup dalam 3 hari. Selama itu, mereka tidak makan, tidak minum, dan tidak beranak-pinak.

Semoga memperjelas seperti apa tindakan yang masih dikategorikan tidak jujur.

Selengkapnya...

Monday, September 14, 2009

Dewasa Dalam Perbedaan

Draft tulisan ini sebenarnya sudah lama saya buat. Tetapi belum saya terbitkan karena belum sempat menyelesaikannya. Makanya, ceritanya masih di Indonesia.

Khotbah Jum'at di sebuah masjid kali ini, cerita tentang hasad. Khotib sangat bersemangat saat berkhotbah. Awalnya, apa yang beliau sampaikan adalah benar. Namun, di bagian akhir khotbah, banyak yang beliau sampaikan adalah tidak tepat.

Tema khotbah yang beliau sampaikan adalah tentang hasad/dengki. Hasad adalah sifat tercela, sifat yang harus dihindari oleh seorang muslim. Definisi hasad adalah merasa tidak senang jika ada orang lain mendapat nikmat, kebahagiaan, ataupun kesuksesan. Sebaliknya, merasa senang jika orang lain mendapat musibah atau kesusahan.

Hasad termasuk perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Bahkan hasad ini bertentangan dengan ajaran Islam, yang selalu mengajarkan umatnya untuk selalu membahagiakan orang lain, turut berduka dan menghibur jika ada tetangga yang kena musibah, dll. Dan khotib, alhamdulillah, cukup berhasil menjelaskan ini termasuk memberikan contoh-contoh yang kongkrit.

Namun sangat disayangkan, hampir di bagian akhir khotbah beliau memberikan contoh yang tidak tepat, yang saya beri sub judul "dewasa dalam perbedaan". Beliau menjelaskan bahwa perbedaan di masyarakat itu memang ada, termasuk dalam Islam. Karena itu sunatUllah, biarkan setiap kelompok menjalankan Islam sesuai dengan pemahamannya. Dan biarkan perbedaan itu tetap ada, tidak perlu saling menyalahkan. Istilah yang beliau pakai adalah menghujat. Di sini beliau memberi beberapa contoh, yang tidak perlu saya sebutkan. Dan, beliau juga menyampaikan bahwa hujatan ini sebagai salah satu bentuk hasad.

Setidaknya itu yang saya pahami dari khotbah tadi. Ada beberapa hal, yang perlu dikoreksi:
1. SunatUllah terhadap suatu kejadian tidak menjamin bahwa Allah SWT meridhoi kejadian itu. Tidak perlu susah-susah untuk mencari contoh, yaitu korupsi. Korupsi yang terjadi memang sudah sunatUllah. Tetapi bukan berarti korupsi diridhoi Allah SWT. Segala kemaksiatan terjadi juga karena sunatUllah, tetapi tidak berarti Allah SWT ridho terhadap segala kemaksiatan tersebut. Kalau berpikirnya seperti tadi, lalu apa gunanya pahala-dosa, dan apa gunanya surga dan neraka.
Kesimpulannya, perbedaan (perpecahan) itu sudah sunatUllah, tetapi tidak berarti bahwa itu diridhoi Allah SWT. Bahkan itu sangat dicela, berdasarkan hadits Nabi SAW tentang perpecahan umat.
2. Khotib tidak bisa membedakan antara hujatan dan koreksi (sebagai nasehat dalam rangka amar ma'ruf - nahi mungkar). Kalau anak kita salah, kemudian kita benarkan, itu disebut sebagai nasehat dan bukan hujatan. Dan khotib menyama-ratakan semua bentuk nasehat ke dalam hujatan. Padahal itu sangat berbeda. Nasehat didasarkan pada ilmu, yang bisa membedakan antara yang hak dengan yang batil. Sedangkan hujatan lebih didasarkan pada hawa nafsu, emosi, dan tanpa ilmu.
3. Semua hujatan adalah karena hasad. Memang kemungkinan pernyataan ini tidak salah Tetapi karena nasehat juga dikategorikan sebagai hujatan, akibatnya nasehatpun dikategorikan sebagai hasad. Ini jelas sekali salah. Apabila kita memberi nasehat ke anak, apakah itu karena hasad? Apakah tidak terbalik? Justeru nasehat itu adalah tanda sayang. Kalau tidak sayang, orang tua tidak akan pernah menasehati anaknya.
4. Ungkapan terakhir yang penting adalah "orang yang menghujat (menurut definisi sang khotib) adalah orang yang merasa paling pintar". Sekali lagi ini adalah pernyataan yang terbalik. Insya Allah, yang benar adalah "orang yang merasa paling pintar adalah orang yang tidak mau dikoreksi".

Beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran:
1. Perbedaan di tengah-tengah umat memang ada. Tetapi, ada perbedaan yang masih diijinkan dan ada perbedaan yang sama sekali tidak diijinkan. Untuk membedakannya, diperlukan dalil Al-Qur'an maupun Al-Hadits.
2. Saat orang lain memberikan nasehat kepada kita (tentu saja berdasar ilmu), janganlah itu dianggap sebagai hujatan, apalagi karena hasad. Nasehat itu adalah tanda bahwa orang yang memberi nasehat sangat sayang kepada kita.
3. Ilmu memang tidak bisa ditinggalkan. Hanya dengan ilmu dan petunjuk Allah SWT, kita bisa membedakan antara yang hak dan yang batil.

Selengkapnya...

Thursday, July 9, 2009

Jangan Mengkhianati Janji

Pengalaman yang sangat berharga untuk saya sekeluarga saat menginjak kembali tanah Dresden, Germany. Pengalaman yang mengingatkan saya tentang ajaran Rasulullah SAW agar kita tidak mengkhianati janji.

Saat itu hari Kamis, 18 Juli 2009, pukul 17.55 waktu setempat. Kami tiba di Dresden, turun dari kereta langsung dijemput teman (terima kasih, Ari) dan diantar ke sebuah apartemen privat dengan menumpang taksi. Kami sudah mem-booking apartemen ini untuk 2.5 bulan, dari 18 Juni 2009 sampai dengan 31 Agustus 2009, melalui Sekretaris calon pembimbing saya seminggu sebelum kami tiba di Dresden. Beliau juga yang mencarikan apartemen itu.

Setelah sampai ke apartemen tersebut, kami baru menyadari bahwa apartemen ini lumayan jauh dari stasiun kereta yang di pusat kota. Apalagi setelah melihat argo. Hampir 20 Euro terpampang di alat itu. 'Kampung', itulah kata yang tepat untuk menggambarkan lokasi apartemen kami. Apalagi setelah masuk ke apartemen. Apartemen kami terletak di lantai 2, lantai paling atas. Tidak ada tangga untuk sampai ke lantai 2 itu. Tetapi jangan salah dengan istilah 'lantai 2' ini. Lantai 2 di sini adalah 2 lantai di atas lantai yang sejajar dengan tanah. Ini berbeda dengan di Indonesia: lantai 2 adalah 1 lantai di atas lantai yang sejajar dengan tanah.

Sehari istirahat, di samping masih capek karena telah menempuh perjalanan selama lebih dari 24 jam (dari Yogyakarta), juga untuk mengatasi masalah perbedaan waktu (jetlag). Kemudian kami mencoba berbelanja ke salah satu supermarket. Perjalanan dimulai dengan jalan kaki menuju halte. Kami melalui jalur seperti yang disarankan pemilik apartemen. Tetapi karena tidak begitu menangkap yang beliau sampaikan akibat telinga yang asing lagi ke Bahasa Jerman, kami kebingungan saat menjumpai pertigaan, lurus atau belok kanan(?).

Akhirnya kami bertanya ke orang yang lewat. Kami menjadi takut karena ada beberapa orang yang tidak mau ditanyai, dan mereka seperti ketakutan melihat kami. Ada 2 orang wanita yang akhirnya menjawab dan menunjukkan arah jalan yang harus kami lewati, meskipun dengan wajah yang tidak ramah. Jalan yang ditunjukkan ternyata harus melewati hutan. Walaupun jalan setapak, dan tentu saja jalan tanah, itu cukup lebar, perasaan takut tetap saja ada. Setelah berbelanja, kami memutuskan mencari jalan alternatif lain yang melewati perkampungan, yang sebelumnya dilewati oleh taksi yang kami tumpangi kemarin. Jalan inipun tidak mudah, menanjak lumayan tajam lalu turun. Jalur terakhir ini lebih panjang dan lebih berat dibandingkan jalur pertama. Namun, jalur terakhir memberi rasa aman karena melewati perkampungan.

Dari pengalaman pertama ini, kami tahu bahwa ada 2 halte angkutan umum yang bisa kami gunakan. Halte pertama lebih dekat, tetapi hanya dilalui bus untuk setiap 1 jam dan tidak ada bus lagi setelah jam 7 malam dan pada sabtu-minggu. Sedangkan halte kedua lebih jauh (2 kali dari jarak halte pertama). Kelebihan halte kedua, dilalui bus untuk setiap 5 menit di hari kerja dan setiap 15 menit pada hari sabtu-minggu. Namun, untuk mencapai halte pertama dibutuhkan waktu 10 menit jalan kaki bagi orang yang normal. Jarak yang cukup jauh buat saya.

Esok harinya, saat kami bermain ke salah satu teman yang tinggal dekat kampus, ditawari apartemen lain. Meskipun jauh juga dari kampus tetapi lebih sering dijangkau angkutan umum dan ada halte tepat di depan apartemen. Selain itu juga lebih murah dengan selisih 90 Euro. Kami pun memutuskan akan pindah bila sudah ada konfirmasi dari pemilik apartemen yang baru. Sebut saja apartemen Helerau.

Setelah mengontak beberapa kali, diperoleh informasi bahwa apartemen yang sebelumnya ditawarkan ke teman saya tadi (yang berada di lantai 0) sudah diambil orang. Kami ditawari apartemen lain di lantai 2 dengan harga yang lebih mahal. Bahkan lebih mahal dibandingkan apartemen sekarang. Awalnya kami akan memutuskan akan mengambil. Namun akhirnya kami batalkan setelah mengetahui bahwa yang tinggal di lantai 0 adalah veteran perang afghanistan yang pulang ke Jerman dengan kehilangan hampir semua anggota tubuhnya. Bukannya kami takut, tetapi melihat penampilan kami yang hampir sama dengan pejuang Taliban, kami khawatir orang tersebut masih punya dendam dan akan terpicu lagi bila melihat kami.

Akhirnya kami, dibantu teman-teman Indonesia lain (Jazzakumullah khairan katsiiro), mencari informati apartemen lain. Waktu yang kami punya sangat sempit karena kami harus segera lapor di ke Pemerintah Kota. Padahal kami belum bisa lapor diri sebelum dapat apartemen baru atau memutuskan tetap tinggal di apartemen yang lama. Kami sendiri juga mencari ke beberapa biro dan datang langsung ke apartemen-apartemen lain. Dan hasilnya adalah nihil. Sampai-sampai kami kehabisan energi untuk mencari apartemen ini.

Karena masalah waktu untuk segera lapor diri, kami putuskan untuk tetap tinggal di apartemen saat ini dan mencoba bersabar dengan jarak yang harus kami tempuh. Setelah kami merenung sejenak, kami sadar bahwa kalau kami pindah apartemen sebenarnya kami sudah membatalkan perjanjian dengan pemilik apartemen untuk tinggal selama 2.5, dan itu sangat merugikannya. Apalagi kesalahan sebenarnya terlihat pada kami, yang tidak sempat melihat lokasi apartemen, yang seharusnya tetap bisa kami lakukan dari Indonesia melalui internet.

Alhamdulillah, Allah SWT tidak mengijinkan kami untuk pindah karena itu melanggar perjanjian dengan pemilik apartemen. Meskipun perjanjian itu tidak tertulis, namun Allah SWT dan Rasulullah SAW tidak pernah membedakan antara melanggar perjanjian tertulis dan melanggar perjanjian tidak tertulis. Dan betapa usaha kami untuk pindah apartemen ini dipersulit, dengan beberapa bukti:
  1. Saat kami tiba di Dresden, teman yang menawarkan apartemen Helerau sudah berusaha menjemput kami, yang rencana selanjutnya adalah melihat apartemen Helerau. Dan kemungkinan besar kami akan mendapatkan apartemen itu jika dilakukan saat itu. Tetapi qadarullah, teman saya salah melihat jadwal kedatangan kereta kami sehingga kami tidak bertemu. Kami tiba pukul 17.55, sedangkan mereka menjemput pukul 20.00.
  2. Saat kami menanyakan apartemen Helerau yang lantai 0, hanya sehari sebelumnya ada yang melihat rumah itu. Sehingga waktu kami mau mengambil, pemilik apartemen merasa tidak enak sebelum menanyakan kepastian dari orang itu. Dan ternyata memang orang itu memutuskan mengambilnya. Betul... saya terlambat 1 hari.
  3. Saat kami memutuskan untuk mengambil apartemen Helerau yang lantai 2, kami teringat cerita pemilik apartemen tentang orang yang menyewa di lantai 0, yaitu veteran perang Afghanistan. Sangat kebetulan kalau pemilik apartemen menceritakan dengan sangat detil tentang penyewa apartemennya.
Sesungguhnya, semua proses keberangkatan kami dari Indonesia sampai kedatangan kami di Berlin, lalu ke Dresden, berjalan lancar dan sangat dimudahkan oleh Allah SWT. Tidak pernah ada satupun pihak berwenang yang mempersulit, termasuk pihak imigrasi Berlin-Jerman, pihak yang seharusnya paling galak. Saat beberapa wanita bercadar -yang satu pesawat dengan kami- tidak berani mengenakan cadarnya, kami (termasuk isteri saya yang bercadar) malah diloloskan meskipun surat penerimaan dari universitas tidak bisa kami tunjukkan saat mereka minta.

Jadi, hanya urusan pindah apartemen ini saja yang terasa sulit. Tetapi kejadian ini menyadarkan kami bahwa kami harus tetap menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya SAW dimana pun kami berada, yang salah satunya adalah tidak melanggar perjanjian meskipun itu dengan orang kafir sekalipun.

Tanpa kami sadari, ternyata dari majalah yang kami bawa, salah satunya (Majalah SwaraQuran) memuat tentang perjanjian ini. Dan salah satu kisahnya adalah perjanjian damai Rasulullah SAW dengan kaum kafir dan musyrikin Mekkah. Waktu itu Rasulullah SAW sudah hijrah ke Madinah, dan akan melakukan umrah ke Ka'bah. Sekilas orang akan melihat bahwa perjanjian ini sangat merugikan kaum muslimin. Namun Rasulullah SAW tetap mematuhi perjanjian ini. Berikut adalah salah satu contohnya.

Dalam perjanjian itu, disebutkan bahwa jika ada orang Mekkah yang masuk Islam dan hijrah ke Madinah maka Rasulullah SAW harus mengembalikan orang itu ke Mekkah. Beberapa saat setelah perjanjian itu ditanda-tangani, ada seorang pemuda Mekkah yang masuk Islam dan ingin ikut Rasulullah SAW ke Madinah. Karena perjanjian itu, Rasulullah SAW tidak mengijinkan pemuda itu untuk ikut ke Madinah tetapi Beliau suruh untuk kembali ke Mekkah. SubhanAllah... dan terbukti Rasulullah SAW tidak pernah melanggar seluruh isi perjanjian itu, sampai pihak kafir/musyrikin Mekkah melanggarnya.

Bagi teman-teman yang berada di perantauan negeri kafir, semoga Allah SWT memudahkan kita untuk selalu menolong agama-Nya sehingga Dia akan selalu menolong urusan kita. Amiiinn....

Selengkapnya...

Tuesday, May 12, 2009

Hukum Kisah-kisah Palsu

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak cerita-cerita yang tidak nyata, yang mengandung hikmah di dalamnya. Namanya juga cerita yang tidak nyata, semua kejadian di dalamnya pun tidak nyata, hanya hasil rekaan pembuat cerita. Sekali lagi, mungkin cerita itu banyak mengandung hikmah dan memberikan nasehat kebaikan.

Namun, sangat disayangkan kalau cerita-cerita yang tidak nyata lebih banyak dipakai, dibandingkan dengan kisah-kisah nyata, yang juga tidak kalah mengandung hikmah dan nasehat kebaikan. Kisah-kisah tentang para Nabi AS, kisah-kisah di Al-Qur'an, kisah Rasulullah SAW dan keluarga, kisah para sahabat RA, dan kisah-kisah orang-orang shaleh adalah kisah yang seharusnya tidak dilupakan. Kisah-kisah yang dimaksud tentunya adalah kisah-kisah yang diakui kebenarannya.

Ada sebuah tulisan menyangkut hal ini yang ditulis di majalah Nikah Edisi Mei 2009. Silakan dibaca dan semoga ada manfaatnya.

Selengkapnya...

Monday, May 11, 2009

Hukuman Pendusta Menurut Semut

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Salah seorang da'i mengisahkan kisah nyatanya sendiri, dia berkata:

Pada suatu kesempatan, aku duduk di sebuah daratan. Kupalingkan pandanganku kesana kemari melihat makhluk-makhluk Allah SWT. Akupun terkagum-kagum dengan ciptaan ar-Rahman SWT. Seekor semut menarik perhatianku. Dia berkeliaran di sekitarku untuk mencari sesuatu, mencari, dan mencari. Tidak merasa terbebani, juga tidak bosan. Di tengah-tengah pencariannya, dia menemukan sisa-sisa bangkai belalang, tepatnya adalah kaki belalang.

Diapun menyeretnya, dan menyeretnya, dan berusaha untuk membawanya ke tempat tertentu yang telah ditentukan oleh hukum mereka di dunia semut. Dia sudah banyak berusaha dalam usahanya tersebut.

Setelah beberapa waktu, dan kesungguhan, dia merasa tidak bisa membawa kaki belalang tersebut. Lalu dia tinggalkan buruan berharga tersebut, kemudian pergi ke suatu tempat yang tidak kuketahui, dan diapun menghilang.

Selang beberapa waktu, dia kembali bersama dengan sejumlah besar semut. Di saat aku melihat kemana mereka menuju, aku tahu bahwa semut yang tadi telah mengajak mereka semua untuk membantunya mengangkat apa yang tidak mampu dia angkat. Akupun ingin hiburan sedikit, kuambil kaki belalang tersebut, lalu kusembunyikan. Maka dia dan semut-semut lain yang bersamanya mencari kaki tersebut, mereka mencarinya kesana kemari tanpa ada hasil, hingga mereka putus asa akan keberadaannya, lalu merekapun pergi meninggalkan tempat tersebut.

Setelah itu, semut yang pertama datang kembali sendirian menuju tempat tadi. Sebelum dia sampai pada tempat tadi, kukembalikan kaki belalang di hadapannya. Maka mulailah dia mengitari dan melihat di sekelilingnya. Lalu dia berusaha untuk menyeretnya lagi, berusaha dan berusaha, hingga dia merasa lemah.

Kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu sekali lagi. Akupun yakin bahwa dia pergi untuk memanggil kabilah semutnya guna membantunya untuk mengangkat kaki belalang yang ditemukannya tersebut. Setelah itu, datanglah sekumpulan semut bersama semut tadi, dan kukira itu adalah kelompok semut yang sama seperti tadi!!

Mereka pun datang, dan saat aku melihat mereka berjalan di belakang semut pertama menuju tempat tadi, akupun banyak tertawa, lalu kuambil kaki belalang dan kusembunyikan dari mereka sekali lagi. Merekapun mencari kesana kemari, mereka mencari dengan penuh keikhlasan. Demikian pula semut tadi mencari dengan sepenuh semangat dan keyakinannya, berputar kesana kemari, melihat ke kanan dan ke kiri, agar melihat sesuatu, akan tetapi tidak ada sesuatupun.

Pada saat seperti ini, terjadilah sesuatu yang aneh. Sekumpulan semut itu berkumpul bersama yang lain setelah mereka bosan mencari, dan diantara mereka terdapat semut yang pertama. Kemudian tiba-tiba mereka menyerangnya, lalu memotong-motongnya secara ganas di hadapanku. Dan demi Allah, aku melihat kepada mereka, sementara aku ada pada keterkejutan yang besar. Apa yang terjadi membuatku takut... mereka membunuhnya... mereka memotong-motongnya di hadapanku. Astaghfirullah!

Ya, mereka memotong-motongnya di hadapanku... dia terbunuh karena aku... mereka membunuhnya karena mereka menyangka bahwa dia telah berdusta kepada mereka!!!
SubhanAllah, hingga bangsa semut memandang dusta sebagai aib, dan kekurangan, bahkan dosa besar yang pelakunya dihukum bunuh!!
Semut menganggap dusta adalah sebuah kejahatan, dan memberikan hukuman atasnya!!
Maka bagaimana jika dusta itu membawa keburukan, atau keragu-raguan yang di belakangnya akan timbul fitnah, peperangan, dan kehancuran rumah tangga?!
Maka dimanakah orang yang bisa mengambil pelajaran dari semut kecil ini? SubhanakAllah Ahsanul Kholiqin.
(AR)*
--------------------------------------------------------------------------------------------
Diambil sesuai aslinya, dengan beberapa perbaikan grammar, dari:
Majalah Qiblati, Edisi 08, Tahun IV, Mei 2009.

Selengkapnya...

Friday, May 8, 2009

Mencontek

Seperti biasa, setiap malam anak saya (sebut saja Ham) belajar dengan ditemani Mamanya. Model yang diterapkan oleh Mamanya adalah dengan tebak-tebakan. Tebak-tebakan ini dilakukan setelah sebelumnya Ham diberi kesempatan untuk membaca buku. Namun ada yang janggal beberapa malam terakhir ini. Ham selalu duduk manis di lantai yang sama. Dan Ham selalu menjawab dengan tepat meskipun untuk beberapa pertanyaan dia berpikir beberapa saat sambil menunduk.

Ini hal yang aneh. Biasanya Ham selalu mendongakkan kepala saat berpikir. Usut punya usut, ternyata Ham sudah menuliskan materi yang akan ditanyakan di lantai tempat dia duduk. Jadi, saat Mamanya memberi kesempatan membaca, yang biasanya ditinggal sendirian, Ham mencatat hal-hal penting di lantai.

A'udzubillah min dzaalik. Tentu saja kami terkejut. Kami tidak pernah mengajarkan dia untuk melakukan seperti itu. Akhirnya, dengan sangat terpaksa kami bertanya ke Ham apakah dia melakukan hal yang sama saat ulangan. Alhamdulillah, dia belum pernah melakukan.

Tetapi, tanpa kami tanya, akhirnya dia cerita bahwa ada seorang temannya yang melakukan itu saat ulangan. Anak itu, sebut saja S, adalah anak pindahan di kelas 2a, kelasnya Ham. Dan memang semester ganjil kemarin, S mendapat ranking yang tinggi. Padahal dulu waktu kelas 1, anak ini termasuk anak yang tidak diterima di SD itu. Lebih mengejutkan lagi, Ham bercerita bahwa Ibu Guru tahu bahwa S mencontek tetapi membiarkan saja.

Kalau Ham berkata benar, tentu saja sangat disayangkan. Mereka baru anak kelas 2 SD. Tetapi mereka sudah diajari bahwa hasil lebih penting daripada proses. Nilai bagus lebih diutamakan daripada penguasaan pelajaran.

Dengan halus, akhirnya kami berkata ke Ham, bahwa kami tidak setuju Ham meniru anak itu, baik saat ulangan maupun saat belajar dengan Mama. Kami katakan juga bahwa kami lebih suka Ham mendapat nilai yang wajar dan ranking yang biasa asalkan dikerjakan sesuai kemampuan sendiri, daripada mendapat nilai yang bagus dan rangking yang tinggi tetapi dengan mencontek.

Semoga saja Ham memahami penjelasan kami.
Semoga Allah SWT membantu anak-anak kami dan anak-anak kita untuk selalu berjalan di atas kebenaran. Amien.....


Selengkapnya...

Wednesday, April 29, 2009

Hipnotis dan Sihir

Kisah ini adalah kisah yang nyata, dan saya memperolehnya dari sumbernya secara langsung. Jika kisah ini saya tulis di blog, tidak dimaksudkan untuk membikin takut pengunjung blog. Akan tetapi, diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kriminalitas yang memang banyak terjadi di lingkungan kita.

Kisah kita kali ini menimpa seorang rekan kerja, sebut saja Pak Yon. Saat itu, Pak Yon sedang menuju ke kampus dari rumah dengan mengendarai mobil dan melewati Jalan Kaliurang. Beberapa kilometer sebelum sampai di pintu gerbang kampus, mobil Pak Yon menyenggol (atau sengaja disenggol) kendaraan lain. Pak Yon tetap melaju setelah meyakinkan lewat kaca spion bahwa kendaraan yang tersenggol tersebut tidak mengalami masalah.

Namun, beberapa saat kemudian ada mobil yang menyusul dan berusaha menghentikan mobil Pak Yon dengan isyarat. Karena merasa sebelumnya ada masalah, Pak Yon bersedia menghentikan mobilnya. Dan memang benar, pengendara mobil tersebut ingin membicarakan masalah tersenggolnya kendaraan tadi.

Saat itulah, pengendara mobil menepuk pundak Pak Yon. Setelah tepukan itu, Pak Yon seperti tidak bisa berpikir logis lagi. Menurut pengakuan Pak Yon, mulut beliau seperti terkunci dan sulit untuk berbicara. Akibatnya, istilah orang Jawa mengatakan Pak Yon seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Yang artinya adalah menurut apa yang diperintahkan. Dalam sekejap, semua uang di saku, HP, dan ATM (termasuk pin) Pak Yon diserahkan dengan sukarela ke pengendara mobil itu. Saat Pak Yon sudah tersadar, uang di tabungan sudah habis.

Cara menghilangkan kesadaran itulah yang disebut sebagai hipnotis. Karena korban kehilangan kesadaran, pasti akan mau melakukan apapun yang diperintahkan oleh orang yang menghipnotis. Selain kisah rekan saya di atas, kriminalitas dengan hipnotis sudah sering terjadi dan diberitakan di media masa. Tetapi baru kali ini saya menjumpai korbannya secara langsung. Saat saya pergi ke Jakarta beberapa hari lalu, di sebuah stasiun terpampang spanduk besar bertuliskan tentang peringatan kepada penumpang kereta agar hati-hati terhadap kriminalitas dengan hipnotis. Ini menunjukkan bahwa kejahatan ini memang sudah sering terjadi. Dan saya tidak menyangka sekarang kejahatan itu sudah demikian dekat dengan rumah dan tempat kerja saya.

Selang beberapa hari, pundak isteri saya ditepuk seorang ibu saat berada di angkutan umum. Bukanlah sebuah kebetulan jika ibu ini sudah melakukan hal yang sama ke isteri saya untuk yang kedua kalinya. Tepukan pertama dari ibu ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Kejadian setelah kedua tepukan itu juga sama, yaitu ibu itu meminta sejumlah uang. Bedanya, mungkin ibu ini tidak ingat kalau beliau pernah menepuk isteri saya karena tidak mengenali isteri saya yang penampilannya sudah berbeda dibandingkan dengan tepukan yang pertama.

Tentu saja kami curiga bahwa ini termasuk usaha untuk menghipnotis karena 3 alasan. Pertama, buat orang Yogya mengajak seseorang berbicara dengan menepuk pundak adalah tidak biasa, terutama buat orang yang belum dikenal. Tepukan ini hanya diperlukan jika ada suara bising di sekitar, kalau tidak, orang Yogya akan bilang "Nuwun sewu" untuk memulai berbicara. Dan isteri saya yakin bahwa suasana saat itu tidak bising, dan berbicara langsung lebih mudah dilakukan karena ibu itu duduk di sebelah isteri saya. Kedua, tepukan yang diberikan cukup keras. Kalau tepukan untuk memulai berbicara dilakukan, biasanya hanya berupa tepukan pelan (atau lebih tepatnya menyentuh). Ketiga, kejadiannya terulang 2 kali oleh orang yang sama. Kejadiannya berikutnya pun juga sama, yaitu meminta uang.

Kalau misalnya dugaan kami benar, alhamdulillah, isteri saya tidak terhipnotis. Kemungkinan karena isteri saya tidak pernah menatap mata ibu itu. Seperti yang pernah saya baca, agar kita terhindar dari hipnotis, harus menghindari menatap mata. Karena hipnotis disalurkan lewat mata. Selain itu, saat ditepuk, isteri saya sedang disibukkan dengan dzikrullah. Dzikir memang bisa menghindarkan seseorang dari bahaya.

Hipnotis mungkin bisa dikategorikan sebagai sihir. Bagi umat Islam, sudah cukup jelas bahwa sihir adalah haram. Jangankan menggunakan sihir, membalas sihir dengan sihir juga diharamkan. Apapun tujuan penggunaan sihir, tidak menyebabkan sihir ini menjadi halal, meskipun dengan dalih untuk kebaikan.

Sudah sepantasnya kita tidak mempelajari dan menggunakan sihir. Selain memang berdosa besar (karena haram), sangat mungkin dosanya tidak bisa diampuni. Kalau kita berdosa hanya dengan Allah SWT, insya Allah, Allah SWT akan memberi ampunan saat kita bertobat. Tetapi jika kita berdosa dengan manusia, Allah SWT tidak akan mengampuni sebelum manusia itu mengampuni kita. Padahal dosa sihir itu terkait dengan manusia karena sudah didzholimi. Dan saya sangat yakin, sulit buat orang yang menggunakan sihir akan meminta ampun kepada orang yang pernah disihir. Jika ini terjadi, maka sangat mungkin Allah SWT tidak akan mengampuni.

Selengkapnya...

Monday, March 2, 2009

Filosofi dari Ahli Mesin Bubut

Setelah beberapa bulan, seperti biasa motor saya harus menjalani "general check-up", terutama bagian modifikasi roda 3. Bagian modifikasi memang bukan hasil penelitian, sehingga menjadi wajar jika sering timbul masalah. Hal ini berbeda dengan bagian motor-motor yang lain, yang dibuat melalui proses perancangan yang teliti, sehingga hasilnya akan lebih bagus.

Di tempat "general check-up" (sebuah bengkel bubut), alhamdulillah, motor saya ditangani oleh pemilik bengkel sekaligus orang yang paling ahli di bengkel tersebut. Beliau juga ahli menggunakan mesin bubut. "Saya tidak menyangka loh, pak, kalau bagian as ini bisa retak. Padahal saya memilihkan bahan yang paling kuat," begitu Pak Har menyampaikan hasil pertama pengecekan.

Tidak disangka, kalimat pembuka tersebut menjadi awal pembicaraan selanjutnya yang cenderung serius di antara kami. Tentunya sambil terus melakukan pengecekan dan perbaikan jika diperlukan. Akan saya sampaikan satu tema pembicaraan yang menurut saya paling menarik.

Memang dalam membuat modifikasi motor roda 3 ini, Pak Har sudah memperhitungkan berbagai hal, namun masih saja ada kemungkinan salah perhitungan. Beliau sudah terbiasa melakukan perhitungan dari berbagai hal karena sudah terbiasa mengoperasikan mesin bubut. Dari mesin bubut inilah, pembicaraan kami menjadi berkembang.

Dengan mesin bubut itu, beliau sudah berhasil membuat berbagai alat. Masih dari beliau, dalam pembuatan suatu alat, banyak settingan yang perlu diperhatikan. Settingan ini bisa dikatakan dari berbagai sisi dan arah: atas, bawah, depan, belakang, samping, kemiringan pisau, dll, sampai saya menjadi tidak paham. Salah sedikit dari satu sisi/arah, hasilnya bisa dipastikan tidak akan sesuai dengan harapan. Kalau semua settingan ini benar, barulah hasilnya akan sesuai.

Akhirnya beliau menganalogikan dengan kehidupan ini. Untuk menjalani hidup ini, setiap orang harus memperhatikan dari berbagai sisi. Setiap sisi ini harus di-setting sehingga manusia bisa menjalani hidup dengan benar. Bila ada satu sisi yang terlupakan, tujuan akhir manusia tentulah tidak akan tercapai secara sempurna. Hanya dengan settingan yang benarlah manusia bisa mencapai tujuan akhir hidup ini.

Betul juga apa yang disampaikan oleh Pak Har. Terbayang di pikiran saya, apa yang terjadi seandainya mesin bubut itu tidak di-setting sama sekali. Tentunya besi yang dibubut itu akan tetap seperti semula, tidak menjadi alat, atau bahkan hancur tidak terbentuk.

Tanpa saya sadari, filosofi Pak Har ini terbawa ke rumah dan ke tempat tidur. Pikiran saya pun bertambah kacau hingga muncullah pikiran-pikiran ini:
  1. Agar settingan tidak salah, tentunya pembuat mesin bubut itu sudah menyertakan manual penggunaan. Tanpa manual ini, Pak Har tidak akan bisa mengoperasikan mesin bubut tersebut. Kalau tidak bisa mengoperasikan, Pak Har pasti hanya bisa mencoba-coba, yang hasilnya bisa benar dan bisa salah. Padahal dengan cara seperti itu, kemungkinan salah akan jauh lebih besar dibandingkan kemungkinan benar. Padahal juga, kalau salah, bisa timbul kemungkinan yang lain yaitu mesin bubut akan jadi rusak, tidak bisa dipakai, dan mesin itu menjadi sia-sia.
  2. Meskipun ada manual, pengoperasian tetap memerlukan latihan. Tanpa latihan yang berulang-ulang, tidak mungkin Pak Har bisa mengoperasikan mesin bubut itu dengan terampil. Apa yang terjadi jika malas latihan? Apa pula yang terjadi jika tidak pernah latihan dan hanya memajang manual ini di lemari atau sebagai hiasan?
  3. Seperti mesin-mesin lain, jika ada salah satu bagian yang rusak maka harus segera diperbaiki. Kalau tidak, kemungkinan besar akan merusak bagian yang lain.
  4. Kesalahan pengoperasian mesin bubut ini bisa berbahaya, tidak hanya buat yang mengoperasikan tetapi buat orang-orang sekitarnya bahkan buat alam lingkungan di sekitarnya.
Bagaimana dengan hidup kita?

Selengkapnya...