Tuesday, July 27, 2010

Bohong Antar Suami-Isteri Berefek ke Orang Lain

Kadang-kadang orang menyangka bahwa jika ia berbohong di sebuah lingkungan, tidak akan berpengaruh terhadap orang-orang di luar lingkungan. Sangkaan ini tidak tepat. Yang benar adalah sebaliknya, yaitu bisa berpengaruh. Kisah yang akan saya tulis ini adalah contohnya, bahwa kebohongan suami-isteri bisa berpengaruh terhadap hubungan dengan orang lain.

Di sebuah kota yang penduduk mayoritasnya adalah non-muslim, hiduplah 2 keluarga muslim. Sebut saja keluarga pak AI dan pak AN. Isteri pak AI (bu AI) bercadar dengan jilbab besar dan bersarung tangan kalau bepergian ke luar rumah. Sedangkan isteri pak AN (bu AN) menutup kepala dan menutup yang lain dengan pakaiannya kecuali telapak tangan dan wajah.

Pak AI dan pak AN ini sering bertemu di masjid. Kadang-kadang mereka mengobrol tentang apa saja. Tentu saja bahan obrolan mereka yang utama adalah tentang Al-Quran dan Al-Hadits. Buat pak AI, pak AN ini termasuk yang dia hormati karena pak AN adalah salah satu imam sholat. Sehingga obrolan yang timbul di antara mereka berawal dari pertanyaan pak AI ke pak AN.

Suatu saat isteri mereka berdua bertemu. Setelah mengobrol hal lain, pembicaraan mengarah ke perbedaan di antara mereka, yaitu masalah cadar. Bu AN mengatakan bahwa cadar bukanlah ajaran Islam sehingga tidak perlu dipakai di negara dengan mayoritas non-muslim itu karena akan sulit. Apalagi sampai menggunakan sarung tangan. Bu AI membela keyakinannya bahwa Islam mewajibkan cadar. Dia juga menambahkan bahwa semua isteri Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salam bercadar. Sudah selayaknya kalau setiap wanita meniru isteri-isteri
Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salam.

Bu AN juga mengatakan bahwa dia sudah bilang ke suaminya agar memberi tahu tentang cadar ini ke pak AI. Dan bu AN berkata, "katanya pak AN sudah menyampaikan ke pak AI. Apakah belum disampaikan ke bu AI?"

Setelah bertemu suaminya, bu AI menanyakan hal tersebut ke pak AI. Pak AI tidak merasa pernah mendengar hal itu dari pak AN. Bahkan pak AN tidak pernah menyinggung-nyinggung tentang cadar. Berarti, di antara pak AN dan bu AN ada yang bohong.

Selanjutnya, selama hampir 2 minggu ada perubahan sikap pak AN terhadap pak AI. Sepertinya bukan karena pak AN ataupun pak AI marah. Hanya terlihat ada sedikit penghalang antara mereka berdua. Pak AI sendiri terlihat santai menghadapi perubahan sikap tersebut. Mungkin karena pak AI merasa tidak punya masalah dan beliau juga siap seandainya diajak pak AN untuk berdiskusi tentang cadar. Buat pak AI, senang saja diajak berdiskusi asalkan dengan tujuan mencari kebenaran, bukan untuk mencari menang atau kalah. Pak AI juga yakin mereka berdua mempunyai standar kebenaran yang sama, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, sehingga lebih mudah untuk berdiskusi.

Kisah itu adalah contoh bahwa efek dari berbohong tidak hanya mengenai orang yang berbohong dan orang yang dibohongi. Orang lain yang tidak tahu apa-apa bisa terkena imbas. Untung saja, mereka berdua hanyalah orang-orang kecil. Bagaimana kalau mereka orang besar? Efeknya akan luar biasa dan bisa menimbulkan korban nyawa. Banyak kisah masa lalu maupun masa sekarang yang bisa menjadi bukti.


Selengkapnya...

Tuesday, June 29, 2010

Teori Evolusi (Bagian 3) : Penipuan Fosil si "Missing Link"

Sungguh tidak bisa dipercaya, para pendukung Teori Evolusi masih percaya dengan teori ini padahal beberapa hal yang memegang kunci penting dalam Teori Evolusi merupakan hasil penipuan. Mungkin mereka berdalih bahwa itu hanya sebagian kecil saja. Masalahnya, akses terhadap fosil hanya dikuasai oleh pendukung Teori Evolusi. Mungkin kalau mereka membuka akses untuk penelitian lebih mendalam tentang fosil tersebut, akan banyak membongkar penipuan-penipuan yang lain.

Selain itu, penipuan terang-terangan di dunia ilmiah sangat tidak bisa diterima. Tidak tanggung-tanggung, pelakunya bukan saintis kelas teri, tetapi menyandang posisi professor dengan gelar doktor penuh. Dan anehnya, dengan terbongkarnya penipuan ini, tidak membuat buku-buku teks tentang teori evolusi mengalami revisi.

Terilhami tulisan di Hidayatullah.com, saya mencoba mencari sumber yang dirujuk oleh tulisan itu. Hasilnya, ada beberapa penipuan fosil milik si Missing Link, si makhluk-antara yang hilang.

Missing Link antara Homo Neanderthal dan Manusia Modern
Beberapa fosil ditemukan oleh Prof. Protsch di wilayah Jerman. Fosil-fosil tersebut dinyatakan berusia antara 10.000 - 30.000 tahun. Dengan usia ini, diyakini bahwa fosil-fosil tersebut milik Missing Link antara Homo Neanderthal dan Manusia Modern.

Namun ternyata, usia tersebut sangat jauh dari usia sebenarnya. Karena reputasi professor tersebut dan selisih perhitungan usia yang sangat jauh, tidak mungkin itu terjadi karena kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan tersebut dilakukan dengan sengaja sehingga dianggap sebagai penipuan.

Sebagai contoh adalah fosil wanita yang dia temukan. Wanita tersebut ternyata hidup sekitar tahun 1.300 SM. Jauh dari perhitungan dia yang memperkirakan hidupnya sekitar 21.300 tahun lalu. Yang lebih mencengangkan adalah kesalahan usia fosil manusia Paderborn-Sande. Menurutnya, manusia tersebut hidup sekitar 27.400 SM. Dan ternyata, manusia tersebut hidup pada tahun 1750 M. Bagaimana mungkin belulang yang baru berusia tidak lebih dari 300 tahun itu disebut fosil?

Dengan kesalahan penentuan usia ini, gugurlah adanya missing-link antara Homo Neanderthal dan Manusia Modern di Jerman. Kalau usia fosil (yang bisa diukur) saja dimanipulasi, apalagi hal-hal lain yang tidak bisa diukur?

Manusia Piltdown
Tahun 1912 ditemukan fosil berupa tengkorak dan rahang. Dengan menggabungkan kedua bagian tersebut, bentuknya menunjukkan bahwa fosil tersebut adalah missing-link antara manusia dan primata.

Ternyata, tahun 1953 saintis menyimpulkan bahwa usia tengkoraknya hanya 600 tahun yang lalu. Pemalsuan yang tidak bisa diterima oleh akal. Bagaimana mungkin sebuah tengkorak berusia 600 tahun salah diidentifikasi sebagai fosil yang berusia ribuan tahun? Tidak hanya itu pemalsuannya. Rahang yang ditemukan bersama tengkorak tersebut ternyata milik orang-utan, bukan milik manusia yang sama dengan pemilik tengkorak tersebut. Bahkan di artikel tersebut dinyatakan bahwa "fosil" tersebut adalah hasil penanaman sebelumnya.

Kalkun Piltdown
Fosil tentang kalkun ini tidak kalah hebat tentang penipuannya. Fosil ini diperkirakan milik binatang yang disebut Archaeoraptor, missing-link antara burung dan dinosaurus. Penemuannya dipublikasikan di majalah National Geographic pada tahun 1999. Archaeoraptor ini tampak seperti burung berbulu sangat besar dan berekor seperti dinosaurus.

Ternyata fosil tersebut adalah hasil penipuan. Fosil tersebut adalah gabungan antara 2 fosil yang disatukan dengan lem yang sangat kuat.

-----------------------------------------------------------------
Sumber: http://www.guardian.co.uk/science/2005/feb/19/science.sciencenews


Selengkapnya...

Friday, April 30, 2010

Antivirus Bervirus

Perilaku tidak jujur tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di luar Indonesia. Salah satu contohnya adalah penipuan di bawah ini. Hebatnya, penipuan ini tentu saja hanya bisa dilakukan oleh orang yang pandai terutama di bidang komputer/teknologi informasi. Sangat disayangkan sekali, kepandaian mereka digunakan untuk menipu orang lain.


Waspadalah, Banyak Anti-virus yang Ternyata Bervirus

Piranti lunak anti-virus palsu yang menginfeksi komputer pribadi menjadi ancaman makin besar dalam dunia maya, demikian sebuah penelitian yang dilakukan Google. Google menganalisa 240 juta halaman internet selama 13 bulan dan mendapati bahwa program anti-virus palsu menyumbang sekitar 15 persen dari semua program virus di dunia maya.

Scammers menipu dengan cara meyakinkan pengguna agar mengunduh program anti-virus karena komputer mereka terkena virus. Begitu di install, piranti lunak tadi mungkin akan mencuri data atau memaksa yang bersangkutan membayar produk-produk palsu tadi. ''Yang mengejutkan, banyak pengguna termakan tipuan ini dan kemudian membeli anti-virus palsu tadi,'' sebut penelitian itu.

Lebih celaka lagi, anti-virus palsu tadi seringkali ditunggangi virus komputer yang sesungguhnya yang akan bersarang di komputer. "Tak peduli pembayaran sudah dilakukan atau belum.''

Penelitian yang hasilnya dipaparkan di sebuah Lokakarya Usenix di Kalifornia dan membahas ancaman dan penipuan dalam skala besar di dunia maya, menganalisa situs internet antara Januari 2009 hingga Februari 2010.

Mereka menemukan 11 ribu domain internet yang terlibat dalam penyebaran anti-virus palsu tersebut. Kalau sudah ada anti-virus di dalam komputer, tidak semestinya pengguna harus mengunduh lagi.

Graham Cluley dari perusahaan keamanan Sophos mengatakan bahwa salah satu cara yang paling umum dilakukan adalah dengan para hackers melakukan teknik yang dikenal dengan optimalisasi mesin pencari topi hitam.

''Para hackers mencari berita yang populer seperti kematian Michael Jackson misalnya,'' kata Cluley. ''Mereka kemudian membuat situs yang dipenuhi dengan bahan yang kalau dicari lewat mesin pencari di internet akan muncul di halaman pertama.''

Siapapun yang mengklik situs itu, katanya, akan diserbu dengan penampilan yang menghubungkannya dengan perangkat lunak anti-virus palsu itu. Google mencoba menyaring situs-situs seperti itu, tetapi para hackers dikatakan dengan cepat bergerak dari satu domain ke domain lain sehingga sulit terdeteksi.

Cluley mengatakan orang harus mengerti betul dengan program anti-virus mereka sendiri dan harus selalu waspada kalau ada pop-up yang meminta pengguna mengunduh sesuatu dengan membayar untuk membersihkan komputer. ''Kalau sudah ada anti-virus di dalam komputer, tidak semestinya pengguna harus mengunduh lagi,'' katanya.

Red: Siwi Tri Puji.B
Sumber: BBC


Dikutip dari Harian Republika

Selengkapnya...

Thursday, April 22, 2010

Teori Evolusi (Bagian 2) : Manusia Purba memang ADA

Makhluk intermediate (spesies-antara) memegang kunci yang sangat penting dalam teori evolusi. Tanpa ada spesies-antara, evolusi makhluk hidup tidak akan pernah terjadi. Misalnya saja, karena manusia dan monyet mempunyai nenek moyang yang sama (sebut saja siamon), ada spesies-spesies intermediate antara siamon dan manusia (misal, man-1 s/d man-n), serta antara siamon dan monyet (mon-1 s/d mon-m). Kalau digambarkan secara horisontal berdasarkan "kemiripan"nya, maka bentuknya menjadi

manusia - man-n - ... - man-1 - siamon - mon-1 - ... - mon-m - monyet.

Berdasarkan penggambaran itu, semakin ke kanan, spesies-antara akan semakin "mirip" dengan monyet. Sebaliknya, semakin ke kiri, spesies-antara akan semakin "mirip" dengan manusia.

Karena evolusi bermakna perubahan yang sedikit demi sedikit, nilai (m+n) haruslah sangat besar. Kenapa? Karena perbedaan antara manusia dengan monyet juga sangat besar. Makanya, tidak salah kalau Charles Darwin berkata bahwa spesies-antara harus berjumlah sangat besar, termasuk spesies-antara antara monyet dan manusia. Kalau C. Darwin tidak berkata demikian, teorinya bukan disebut teori evolusi, melainkan teori revolusi.

Untuk selanjutnya, saya hanya akan membahas evolusi antara monyet dan manusia saja. Jadi, kalau saya menyebut spesies-antara, berarti yang saya maksudkan adalah spesies-antara monyet-manusia.

Apakah sudah ditemukan fosil spesies-spesies antara, yang seharusnya dalam jumlah yang besar? Belum, baru beberapa yang diklaim sebagai spesies-antara. Apakah sebenarnya fosil tersebut benar-benar spesies-antara?

Spesies dan Variasi Spesies
Menentukan apakah antara 2 individu sebagai spesies yang sama atau tidak, bukanlah perkara yang mudah. Akibatnya, membuat definisi spesies pun tidak gampang. Salah satu definisi yang paling mudah diaplikasikan adalah definisi secara biologis. Dua individu (tentunya berbeda kelamin) disebut spesies yang sama jika keduanya bisa menghasilkan keturunan dengan perkawinan secara alami. Meskipun mudah diaplikasikan, definisi ini hanya bisa diterapkan untuk makhluk hidup yang berkembang biak dengan perkawinan.

Ada juga definisi spesies berdasarkan kemiripan bentuk fisiknya. Meskipun sekilas gampang, ternyata prakteknya tidak semudah definisinya. Banyak spesies yang memiliki bermacam bentuk fisik yang sangat berbeda. Salah satu contoh adalah anjing. Segala bentuk anjing yang kita kenal, digolongkan ke dalam 1 spesies meskipun secara bentuk fisik banyak yang tampak berbeda.

Makhluk hidup yang memiliki berbagai bentuk fisik tetapi juga digolongkan sebagai 1 spesies adalah manusia. Penggolongan ini adalah tepat karena memenuhi kriteria spesies secara biologis. Dari manusia eropa sampai manusia yg pernah terisolir sekalipun (Aborigin, Indian, Asmat), perkawinan secara alami antar mereka tetap bisa dilakukan.

Berbagai bentuk fisik yang berbeda dari sebuah spesies disebut sebagai sub-spesies atau variasi spesies. Khusus untuk anjing, variasi spesies lebih dikenal sebagai breed. Sedangkan untuk manusia, dikenal sebagai ras.

Fosil Bercerita
Fosil-fosil yang ditemukan, yang dikatakan sebagai fosil spesies-antara, berupa tulang belulang. Di samping sudah termakan usia tentu saja, juga kebanyakan tidak lengkap.

Secara fisik, tidak banyak sebenarnya informasi yang diberikan dari sebuah fosil seperti itu. Fosil tidak bisa bercerita bagaimana struktur luar dari makhluk hidup tersebut. Yang dilakukan hanyalah perkiraan. Namanya perkiraan bisa salah dan juga bisa benar. Tetapi itu hanya bisa dilakukan dari segi bentuk. Tentang bagaimana permukaan luarnya, jelas tidak bisa diperkirakan. Fosil tidak bisa menggambarkan bagaimana permukaan kulit, misalnya apakah halus atau tidak, tebal atau tipis, berbulu lebat atau jarang atau tidak berbulu sama sekali.

Postur tubuh sebenarnya juga belum tentu bisa digambarkan dari sebuah fosil secara tepat. Postur tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh tulang, tetapi juga oleh otot. Sebagai contoh adalah bentuk kaki, apakah dalam posisi normal benar-benar bisa tegak ataukah agak bengkok pada lututnya. Ini perlu informasi tentang otot. Demikian juga di bagian panggul, apakah bisa berdiri tegak atau membungkuk. Padahal otot-otot tersebut tidak terdapat di fosil yang ditemukan.

Jadi, sebuah fosil tidak bisa menggambarkan bentuk secara fisik dengan tepat. Mungkin hanya postur tubuh yang bisa diberikan meskipun tidak akan tepat 100%. Yang sangat aneh adalah penggambaran permukaan kulit. Secara logika, jelas tidak mungkin sebuah fosil bisa menggambarkan permukaan kulit. Benar-benar kesimpulan yang aneh kalau fosil yang ditemukan adalah milik makhluk hidup berbulu lebat seperti monyet.

Spesies Fosil
Jika fosil tersebut akan dianggap sebagai spesies-antara, hal pertama yang harus dibuktikan adalah bahwa fosil tersebut bukan dari spesies yang sama dengan spesies manusia maupun monyet.

Secara biologis, jelas tidak mungkin karena tidak mungkin diuji dengan perkawinan secara alami. Salah satu yang mungkin adalah secara bentuk fisik. Tetapi bentuk fisik sendiri juga ada masalah karena bentuk fisik hanya bisa diperoleh dengan perkiraan.

Yang paling logis adalah membandingkan fosil tersebut (tentunya setelah disusun) dengan struktur kerangka manusia dan kerangka monyet. Meskipun begitu, inipun juga tidak berarti bebas dari masalah. Banyaknya breed anjing dan ras manusia menunjukkan bahwa bentuk kerangka (termasuk ukurannya) dalam sebuah spesies saja bisa berbeda. Jangankan perbedaan antara variasi spesies (breed, ras), dalam satu variasi spesies saja bisa terdapat perbedaan.

Dengan demikian, selama perbedaan antara fosil tersebut dengan kerangka manusia dan kerangka monyet tidak cukup radikal, kesimpulan bahwa fosil tersebut dari spesies yang berbeda belum tentu benar.

Pembandingan seperti ini yang coba dilakukan oleh sebagian penelitian Harun Yahya. Dan ternyata, berdasarkan penelitiannya, bahwa dari fosil-fosil spesies-antara, sebagian besar mirip dengan manusia (ada yang sama dengan ras Aborigin, anak berumur 18 tahun, dan ras manusia lain) dan sisanya mirip dengan jenis monyet (simpanse). Sehingga kesimpulannya, bahwa fosil-fosil tersebut sama dengan spesies manusia atau simpanse.

Apa yang dilakukan Harun Yahya sebenarnya bisa diterima secara ilmiah, meskipun beliau mungkin termasuk orang yang religious. Itu disebut sebagai counter example. Jika dikatakan bahwa fosil tersebut adalah spesies-antara, berarti tidak ada ras manusia yang sama dengan fosil tersebut. Kalau ada seseorang yang menemukan seorang manusia yang memiliki kerangka yang sama dengan fosil tersebut, itu sudah cukup untuk membatalkan pernyataan tersebut.

Kesimpulan
Fosil-fosil yang ditemukan belum menunjukkan bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari spesies yang berbeda dengan manusia ataupun monyet. Bahkan kesamaan fosil-fosil tersebut dengan kerangka manusia atau monyet saat ini sudah cukup membuktikan bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari spesies yang sama dengan manusia atau monyet. Hal ini didasarkan pada logika sederhana: jika sebuah entitas A hanya diketahui sebagian sedangkan bagian tersebut sama dengan bagian yang sama dari entitas B, maka lebih logis dikatakan bahwa entitas A dan entitas B adalah sama dibandingkan dikatakan berbeda.

Dengan demikian, klaim bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari spesies-antara adalah lemah.

Buat pendukung teori evolusi, tidak perlu kecewa. Masih ada satu harapan, yaitu dengan analisis DNA. Meski DNA fosil sendiri sulit dibangun ulang karena banyak terkontaminasi, mungkin ke depan ditemukan teknologi yang mampu mendapatkan DNA yang "bersih". Namun, untuk sementara hasil penelitian di bidang ini juga tidak menunjukkan dukungan ke teori evolusi. Salah satu jenis DNA, yaitu Mitochondrial DNA (mtDNA), tidak bisa digunakan untuk menetukan spesies dari sebuah fosil (masih diperdebatkan). Artinya, mtDNA tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah sebuah fosil adalah manusia, monyet, atau spesies-antara. Tetapi, lagi-lagi, tidak perlu kecewa. Masih ada satu harapan lagi, yaitu nuclear DNA, yang semoga ke depan bisa memberikan hasil yang lebih baik sehingga bisa menentukan secara pasti tentang spesies dari fosil-fosil tersebut.

Bicara fakta, memang ada bagian tertentu yang "mirip" antara spesies makhluk hidup. Demikian juga dengan manusia dan spesies binatang yang lain. Secara fisik, manusia lebih mirip dengan monyet. Secara kecerdasan, lebih mirip dengan octopus atau lumba-lumba. Dan secara sosial, manusia lebih mirip dengan semut atau lebah. Tetapi secara umum, jelas sekali terlihat perbedaanya. Manusia tetap berbeda baik secara fisik, secara psikologis/kecerdasan, maupun secara sosial. Itu adalah fakta ilmiahnya.

Bicara analisis, teori evolusi seperti disusun dengan analisis yang rasional terhadap fakta kemiripan makhluk hidup. Tetapi logikanya belum tentu tepat. Rumah dan mobil sama-sama punya atap. Tetapi sejarah tidak membuktikan bahwa dulu ada "nenek moyang" antara rumah dan mobil, atau rumah adalah "nenek moyang" mobil, atau mobil adalah "nenek moyang" rumah.

Bicara ilmiah, teori tetap perlu dibuktikan. Dan sebelum ada bukti valid, tidak seharusnya digunakan untuk membangun teori-teori lain, seperti yang berkembang saat ini: evolusi kecerdasan, evolusi agama, atau evolusi-evolusi yang lain.

Kembali bicara fakta, fosil adalah fakta. Dan faktanya, fosil tersebut sama dengan kerangka manusia (kecuali 1 jenis fosil yang sama dengan simpanse). Berarti fosil tersebut adalah manusia. Jadi, manusia purba adalah ADA. Tetapi faktanya, manusia purba tersebut tidak berbeda dengan manusia saat ini.


Selengkapnya...

Sunday, February 14, 2010

Kepolosan Anak-anak

Anak kecil itu memang polos. Berpikirnya sederhana. Karena sederhana, mereka cenderung untuk berkata jujur. Selain itu, mereka juga tidak bisa bermain dengan kata-kata. Kata-kata dari orang tua akan dipahami apa-adanya. Janganlah diharapkan mereka bisa melakukan analogi atau pengembangan terhadap apa yang kita sampaikan. Pernah saya mendapat pelajaran dari seorang psikolog bahwa "anak kecil itu bukan orang dewasa yang bertubuh kecil". Artinya, bahwa jangan berharap bahwa anak kecil itu bisa berpikir seperti orang dewasa.

Kisah saya berikut tentang anak kedua saya yang berumur 4 tahun, insya Allah, cukup menarik untuk diambil pelajaran.

Sejak beberapa waktu yang lalu kami melarang ada gambar atau patung hewan atau manusia di rumah. Terutama jika gambar itu di tempat-tempat yang terhormat seperti dinding, gordein, buku, dll. Masih kami bolehkan jika gambar itu berada di tempat-tempat yang hina seperti karpet, tikar, ataupun keset. Jika terpaksa harus ada gambar maka wajahnya kita rusak, misalnya ditutup wajahnya menggunakan spidol ataupun kertas.

Ternyata anak kedua saya itu, sebut saja AL, sangat konsisten dengan aturan kami ini. Suatu saat dia mendapat hadiah buku yang banyak gambar hewan dan manusianya. Tanpa kami perintah, dia langsung meminta kami untuk menutupi wajah semua gambar yang ada di dalam buku. Demikian juga waktu kami belikan sikat gigi baru. Dia langsung meminta menutup wajah gambar orang yang ada di gagang sikat gigi.

Hingga suatu saat kami belikan mainan kereta yang ada gambar wajahnya, yang disebut dengan Thomas dan Kawan-kawan. Dia membawa kereta-kereta itu ke mamanya dan bermaksud untuk meminta menutup wajah. Mungkin dia merasa kereta itu akan kehilangan identitas Thomasnya - artinya akan menjadi kereta mainan biasa - jika ditutup wajahnya, dia mengurungkan maksudnya dan berkata, "Tetapi, Ma, ini 'kan kereta bukan gambar orang. Jadi wajahnya tidak perlu ditutup. Kalau ini gambar orang maka wajahnya harus ditutup". Begitu kira-kira dia berkilah. Dengan menahan senyum, mamanya mengiyakan karena memang yang harus ditutup adalah gambar wajah orang atau hewan.

Suatu saat, agar tidak mengganggu kakaknya yang sedang belajar, dia diminta mamanya untuk menggambar. Awalnya dia menggambar sekenanya, hanya berupa coretan-coretan. Mamanya pun meminta menggambar orang biar sedikit ada wujudnya. Setelah beberapa saat, dia kembali ke mamanya dan berkata dia telah selesai menggambar orang. Yang ada di kertas tetap hanya berupa coretan-coretan sehingga mamanya menanyakan yang mana gambar orangnya. Dia menjawab bahwa itu adalah wajah orang yang sudah dicoret-coret (dihilangkan) wajahnya. Hehehe.... rupanya dia tetap ingat bahwa wajah gambar orang harus ditutup, atau?

Lain lagi cerita tentang musik. Kami melarang mendengarkan musik, termasuk menyanyi. Tetapi waktu itu kami berkata bahwa di rumah tidak boleh ada musik dan nyanyian.

Seperti biasa, dia diantar dan dijemput mamanya ke taman kanak-kanak. Suatu saat, selama perjalanan pulang dari taman kanak-kanak ke rumah dia menyanyi. Mamanya pun mengingatkan bahwa tidak boleh menyanyi. Dia pun menjawab bahwa dia sedang di luar jadi boleh menyanyi karena yang dilarang adalah menyanyi di rumah. Mamanya tidak bisa berkata apa-apa karena perkataan kami sebelumnya adalah "di rumah tidak boleh ada musik dan nyanyian", bukan dilarang dimana saja.

Lain si kecil dengan kepolosannya, lain pula dengan si besar, kakaknya yang sudah berumur 9 tahun. Pernah mereka berdua di tinggal di rumah oleh mamanya ke supermarket untuk belanja. Setelah pulang dan beristirahat beberapa saat, mamanya mendengar si kecil merengek-rengek ke kakak. Ternyata yang direngekkan si kecil adalah agar kakaknya mengajarinya nyanyian yang tadi dinyanyikan si kakak saat mama mereka masih belanja di supermarket. Kakaknya tidak berkutik dan tidak bisa mengelak saat diintegorasi mamanya tentang nyanyian itu. Karena kepolosannya, anak kecil itu memang tidak bisa berbohong.

Anak kecil itu memang polos. Kadang-kadang membikin orang tuanya dapat tertawa geli. Dan yang paling menguntungkan adalah mereka selalu berkata jujur.


Selengkapnya...

Thursday, February 11, 2010

Lewat Kejujuran ....

Hadits berikut menceritakan pertemuan antara Heraclius, Raja Romawi, dan Abu Sufyan رضي الله عنه, yang saat itu masih kafir. Waktu itu Heraclius baru saja menerima surat dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan Abu Sofyan رضي الله عنه sedang berdagang ke Bizantium, ibukota Romawi. Pertemuan itu bertujuan untuk menanyakan perihal Rasulullah صلى الله عليه و سلم, yang mengaku sebagai nabi dan saat itu sudah ada di Madinah.

Dari pertemuan itu, Heraclius dapat mengenali kenabian Rasulullah صلى الله عليه و سلم, diantaranya karena sifat jujur beliau صلى الله عليه و سلم sebagaimana diceritakan Abu Sufyan رضي الله عنه . Logika yang dipakai oleh Heraclius adalah kalau seseorang selalu jujur terhadap orang lain maka tidak mungkin orang itu akan berbohong terhadap Allah سبحانه و تعلى . Demikian juga dengan sifat Rasulullah صلى الله عليه و سلم yang selalu menepati janji. Heraclius yakin bahwa seorang nabi tidak akan melanggar janji. Serta sifat-sifat lain yang merupakan sifat-sifat kenabian.

Selain itu, membaca isi surat Rasulullah صلى الله عليه و سلم , kita bisa melihat tingginya akhlak beliau صلى الله عليه و سلم . Meskipun kepada raja yang beragama Nasrani, Rasulullah صلى الله عليه و سلم tetap menggunakan bahasa yang santun. Tidak ada caci maki di dalamnya.

Semoga bermanfaat, dan mohon maaf saya menggunakan terjemahan bahasa Inggris.

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه :

Allah's Apostle wrote to Caesar and invited him to Islam and sent him his letter with Dihya Al-Kalbi whom Allah's Apostle ordered to hand it over to the Governor of Busra who would forward it to Caesar. Caesar as a sign of gratitude to Allah, had walked from Hims to Ilya (i.e. Jerusalem) when Allah had granted Him victory over the Persian forces. So, when the letter of Allah's Apostle reached Caesar, he said after reading t, 'Seek for me any one of his people! (Arabs of Quraish tribe) if present here, in order to ask him about Allah's Apostle. At that time Abu Sufyan bin Harb was in Sham with some men frown Quraish who had come (to Sham) as merchants during the truce that had been concluded between Allah's Apostle; and the infidels of Quraish. Abu Sufyan said, Caesar's messenger found us somewhere in Sham so he took me and my companions to Ilya and we were admitted into Ceasar's court to find him sitting in his royal court wearing a crown and surrounded by the senior dignitaries of the Byzantine. He said to his translator. 'Ask them who amongst them is a close relation to the man who claims to be a prophet." Abu Sufyan added, "I replied, 'I am the nearest relative to him.' He asked, 'What degree of relationship do you have with him?' I replied, 'He is my cousin,' and there was none of Bani Abu Manaf in the caravan except myself. Caesar said, 'Let him come nearer.' He then ordered that my companions stand behind me near my shoulder and said to his translator, 'Tell his companions that I am going to ask this man about the man who claims to be a prophet. If he tells a lie, they should contradict him immediately." Abu Sufyan added, "By Allah ! Had it not been shameful that my companions label me a liar, I would not have spoken the truth about him when he asked me. But I considered it shameful to be called a liar by my companions. So I told the truth. He then said to his translator, 'Ask him what kind of family does he belong to.' I replied, 'He belongs to a noble family amongst us.' He said, 'Have anybody else amongst you ever claimed the same before him? 'I replied, 'No.' He said, 'Had you ever blamed him for telling lies before he claimed what he claimed? ' I replied, 'No.' He said, 'Was anybody amongst his ancestors a king?' I replied, 'No.' He said, "Do the noble or the poor follow him?' I replied, 'It is the poor who follow him.' He said, 'Are they increasing or decreasing (day by day)?' I replied,' They are increasing.' He said, 'Does anybody amongst those who embrace his (the Prophet's) Religion become displeased and then discard his Religion?'. I replied, 'No. ' He said, 'Does he break his promises? I replied, 'No, but we are now at truce with him and we are afraid that he may betray us." Abu Sufyan added, "Other than the last sentence, I could not say anything against him. Caesar then asked, 'Have you ever had a war with him?' I replied, 'Yes.' He said, 'What was the outcome of your battles with him?' I replied, 'The result was unstable; sometimes he was victorious and sometimes we.' He said, 'What does he order you to do?' I said, 'He tells us to worship Allah alone, and not to worship others along with Him, and to leave all that our fore-fathers used to worship. He orders us to pray, give in charity, be chaste, keep promises and return what is entrusted to us.' When I had said that, Caesar said to his translator, 'Say to him: I ask you about his lineage and your reply was that he belonged to a noble family. In fact, all the apostles came from the noblest lineage of their nations. Then I questioned you whether anybody else amongst you had claimed such a thing, and your reply was in the negative. If the answer had been in the affirmative, I would have thought that this man was following a claim that had been said before him. When I asked you whether he was ever blamed for telling lies, your reply was in the negative, so I took it for granted that a person who did not tell a lie about (others) the people could never tell a lie about Allah. Then I asked you whether any of his ancestors was a king. Your reply was in the negative, and if it had been in the affirmative, I would have thought that this man wanted to take back his ancestral kingdom. When I asked you whether the rich or the poor people followed him, you replied that it was the poor who followed him. In fact, such are the followers of the apostles. Then I asked you whether his followers were increasing or decreasing. You replied that they were increasing. In fact, this is the result of true faith till it is complete (in all respects). I asked you whether there was anybody who, after embracing his religion, became displeased and discarded his religion; your reply was in the negative. In fact, this is the sign of true faith, for when its cheerfulness enters and mixes in the hearts completely, nobody will be displeased with it. I asked you whether he had ever broken his promise. You replied in the negative. And such are the apostles; they never break their promises. When I asked you whether you fought with him and he fought with you, you replied that he did, and that sometimes he was victorious and sometimes you. Indeed, such are the apostles; they are put to trials and the final victory is always theirs. Then I asked you what he ordered you. You replied that he ordered you to worship Allah alone and not to worship others along with Him, to leave all that your fore-fathers used to worship, to offer prayers, to speak the truth, to be chaste, to keep promises, and to return what is entrusted to you. These are really the qualities of a prophet who, I knew (from the previous Scriptures) would appear, but I did not know that he would be from amongst you. If what you say should be true, he will very soon occupy the earth under my feet, and if I knew that I would reach him definitely, I would go immediately to meet Him; and were I with him, then I would certainly wash his feet.' " Abu Sufyan added, "Caesar then asked for the letter of Allah's Apostle and it was read. Its contents were:--

"In the name of Allah, the most Beneficent, the most Merciful (This letter is) from Muhammad, the slave of Allah, and His Apostle, to Heraculius, the Ruler of the Byzantine. Peace be upon the followers of guidance. Now then, I invite you to Islam (i.e. surrender to Allah), embrace Islam and you will be safe; embrace Islam and Allah will bestow on you a double reward. But if you reject this invitation of Islam, you shall be responsible for misguiding the peasants (i.e. your nation). O people of the Scriptures! Come to a word common to you and us and you, that we worship. None but Allah, and that we associate nothing in worship with Him; and that none of us shall take others as Lords besides Allah. Then if they turn away, say: Bear witness that we are (they who have surrendered (unto Him)..(QS. Ali Imron:64)

Abu Sufyan added, "When Heraclius had finished his speech, there was a great hue and cry caused by the Byzantine Royalties surrounding him, and there was so much noise that I did not understand what they said. So, we were turned out of the court. When I went out with my companions and we were alone, I said to them, 'Verily, Ibn Abi Kabsha's (i.e. the Prophet's) affair has gained power. This is the King of Bani Al-Asfar fearing him." Abu Sufyan added, "By Allah, I remained low and was sure that his religion would be victorious till Allah converted me to Islam, though I disliked it " (HR. Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 191)


حدثنا ‏ ‏إبراهيم بن حمزة ‏ ‏حدثنا ‏ ‏إبراهيم بن سعد ‏ ‏عن ‏ ‏صالح بن كيسان ‏ ‏عن ‏ ‏ابن شهاب ‏ ‏عن ‏ ‏عبيد الله بن عبد الله بن عتبة ‏ ‏عن ‏ ‏عبد الله بن عباس ‏ ‏رضي الله عنهما ‏ ‏أنه أخبره ‏ ‏أن رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏كتب إلى ‏ ‏قيصر ‏ ‏يدعوه إلى الإسلام وبعث بكتابه إليه مع ‏ ‏دحية الكلبي ‏ ‏وأمره رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏أن يدفعه إلى عظيم ‏ ‏بصرى ‏ ‏ليدفعه إلى ‏ ‏قيصر ‏ ‏وكان ‏ ‏قيصر ‏ ‏لما كشف الله عنه جنود ‏ ‏فارس ‏ ‏مشى من ‏ ‏حمص ‏ ‏إلى ‏ ‏إيلياء ‏ ‏شكرا لما أبلاه الله فلما جاء ‏ ‏قيصر ‏ ‏كتاب رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال حين قرأه التمسوا لي ها هنا أحدا من قومه لأسألهم عن رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال ‏ ‏ابن عباس ‏ ‏فأخبرني ‏ ‏أبو سفيان بن حرب

‏أنه كان ‏ ‏بالشأم ‏ ‏في رجال من ‏ ‏قريش ‏ ‏قدموا تجارا في المدة التي كانت بين رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏وبين كفار ‏ ‏قريش ‏ ‏قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏فوجدنا رسول ‏ ‏قيصر ‏ ‏ببعض ‏ ‏الشأم ‏ ‏فانطلق بي وبأصحابي حتى قدمنا ‏ ‏إيلياء ‏ ‏فأدخلنا عليه فإذا هو جالس في مجلس ملكه وعليه التاج وإذا حوله عظماء ‏ ‏الروم ‏ ‏فقال لترجمانه سلهم أيهم أقرب نسبا إلى هذا الرجل الذي يزعم أنه نبي قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏فقلت أنا أقربهم إليه نسبا قال ما قرابة ما بينك وبينه فقلت هو ابن عمي وليس في الركب يومئذ أحد من ‏ ‏بني عبد مناف ‏ ‏غيري فقال ‏ ‏قيصر ‏ ‏أدنوه وأمر بأصحابي فجعلوا خلف ظهري عند كتفي ثم قال لترجمانه قل لأصحابه إني سائل هذا الرجل عن الذي يزعم أنه نبي فإن كذب فكذبوه قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏والله لولا الحياء يومئذ من أن يأثر أصحابي عني الكذب لكذبته حين سألني عنه ولكني استحييت أن يأثروا الكذب عني فصدقته ثم قال لترجمانه قل له كيف نسب هذا الرجل فيكم قلت هو فينا ذو نسب قال فهل قال هذا القول أحد منكم قبله قلت لا فقال كنتم تتهمونه على الكذب قبل أن يقول ما قال قلت لا قال فهل كان من آبائه من ملك قلت لا قال فأشراف الناس يتبعونه أم ضعفاؤهم قلت بل ضعفاؤهم قال فيزيدون أو ينقصون قلت بل يزيدون قال فهل يرتد أحد سخطة لدينه بعد أن يدخل فيه قلت لا قال فهل يغدر قلت لا ونحن الآن منه في مدة نحن نخاف أن يغدر قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏ولم يمكني كلمة أدخل فيها شيئا أنتقصه به لا أخاف أن تؤثر عني غيرها قال فهل قاتلتموه أو قاتلكم قلت نعم قال فكيف كانت حربه وحربكم قلت كانت ‏ ‏دولا ‏ ‏وسجالا ‏ ‏يدال ‏ ‏علينا المرة ‏ ‏وندال ‏ ‏عليه الأخرى قال فماذا يأمركم به قال يأمرنا أن نعبد الله وحده لا نشرك به شيئا وينهانا عما كان يعبد آباؤنا ويأمرنا بالصلاة والصدقة والعفاف والوفاء بالعهد وأداء الأمانة فقال لترجمانه حين قلت ذلك له قل له إني سألتك عن نسبه فيكم فزعمت أنه ذو نسب وكذلك الرسل تبعث في نسب قومها وسألتك هل قال أحد منكم هذا القول قبله فزعمت أن لا فقلت لو كان أحد منكم قال هذا القول قبله قلت رجل ‏ ‏يأتم ‏ ‏بقول قد قيل قبله وسألتك هل كنتم تتهمونه بالكذب قبل أن يقول ما قال فزعمت أن لا فعرفت أنه لم يكن ليدع الكذب على الناس ويكذب على الله وسألتك هل كان من آبائه من ملك فزعمت أن لا فقلت لو كان من آبائه ملك قلت يطلب ملك آبائه وسألتك أشراف الناس يتبعونه أم ضعفاؤهم فزعمت أن ضعفاءهم اتبعوه وهم أتباع الرسل وسألتك هل يزيدون أو ينقصون فزعمت أنهم يزيدون وكذلك الإيمان حتى يتم وسألتك هل يرتد أحد سخطة لدينه بعد أن يدخل فيه فزعمت أن لا فكذلك الإيمان حين تخلط بشاشته القلوب لا يسخطه أحد وسألتك هل يغدر فزعمت أن لا وكذلك الرسل لا يغدرون وسألتك هل قاتلتموه وقاتلكم فزعمت أن قد فعل وأن حربكم وحربه تكون ‏ ‏دولا ‏ ‏ويدال ‏ ‏عليكم المرة ‏ ‏وتدالون ‏ ‏عليه الأخرى وكذلك الرسل تبتلى وتكون لها العاقبة وسألتك بماذا يأمركم فزعمت أنه يأمركم أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وينهاكم عما كان يعبد آباؤكم ويأمركم بالصلاة والصدقة والعفاف والوفاء بالعهد وأداء الأمانة قال وهذه صفة النبي قد كنت أعلم أنه خارج ولكن لم أظن أنه منكم وإن يك ما قلت حقا فيوشك أن يملك موضع قدمي هاتين ولو أرجو أن أخلص إليه ‏ ‏لتجشمت ‏ ‏لقيه ولو كنت عنده لغسلت قدميه قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏ثم دعا بكتاب رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏فقرئ فإذا فيه ‏ ‏بسم الله الرحمن الرحيم ‏ ‏من ‏ ‏محمد ‏ ‏عبد الله ورسوله إلى ‏ ‏هرقل ‏ ‏عظيم ‏ ‏الروم ‏ ‏سلام على من اتبع الهدى أما بعد فإني أدعوك بدعاية الإسلام أسلم تسلم وأسلم يؤتك الله أجرك مرتين فإن توليت فعليك إثم ‏ ‏الأريسيين ‏ ‏و



قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏فلما أن قضى مقالته علت أصوات الذين حوله من عظماء ‏ ‏الروم ‏ ‏وكثر لغطهم فلا أدري ماذا قالوا وأمر بنا فأخرجنا فلما أن خرجت مع أصحابي وخلوت بهم قلت لهم لقد ‏ ‏أمر ‏ ‏أمر ‏ ‏ابن أبي كبشة ‏ ‏هذا ملك ‏ ‏بني الأصفر ‏ ‏يخافه قال ‏ ‏أبو سفيان ‏ ‏والله ما زلت ذليلا مستيقنا بأن أمره سيظهر حتى أدخل الله قلبي الإسلام وأنا كاره

Selengkapnya...

Sunday, January 3, 2010

Bulan Desember di Dresden (bag. 2)

Dari kelima kisah tersebut, dapat diambil pelajaran sebagai berikut.

Kisah Pertama
Mungkin ini akibat memahami toleransi tanpa mengetahui lebih detail definisi toleransi yang diijinkan. Agama Islam mengajarkan toleransi lengkap dengan definisinya sehingga batas-batasnya sudah jelas. Salah satu batasnya adalah tidak mengikuti perayaan agama lain.

Mereka berdalih bahwa acara itu jauh dari acara religi. Tetapi nama acara itu sendiri adalah acara religi. Tambahan lagi, di backdrope-nya terpampang tulisan frohe weihnachten (Selamat weihnacht). Kalau mau mencari celah-celah pembenaran, pasti kita menemukan celah itu karena memang manusia dilengkapi dengan akal yang sangat cerdas sehingga bisa mencari celah yang sangat kecil sekalipun.

Selain itu, mereka berdalih untuk mengharumkan nama bangsa. Setiap saat, kita akan selalu dihadapkan 2 pilihan yang tergantung 2 posisi kita yang berbeda, yang kadang-kadang memang berat untuk memilihnya. Dalam kisah ini, pilihannya adalah:
a. mengikuti acara untuk mengharumkan nama bangsa (sebagai WNI), atau
b. meninggalkannya karena larangan agama (sebagai muslim).

Sebenarnya pilihan ini tidak sulit. Larangan agama harusnya didahulukan daripada nama bangsa. Apalagi nama bangsa bisa diharumkan dengan cara lain. Ironisinya, pernah suatu saat masjid meminta muslim Indonesia untuk terlibat dalam open house masjid. Mereka mewakili muslim Indonesia. Tetapi sayang sekali, mereka tidak bersedia. Padahal dalam hal ini mereka berperan sebagai muslim dan sebagai WNI sekaligus.


Kisah Kedua
Acara keagamaan bisa kehilangan makna utamanya. Dari kisah itu, kita melihat bahwa acara keagamaan sudah terlupakan oleh perayaan-perayaan, pesta, makan-makan, dll. Dan ini bisa saja terjadi dalam agama Islam. Memang Idul Fitri maupun Idul Adha adalah waktu bersenang-senang seperti yang disabdakan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam. Tetapi juga jangan sampai kehilangan tujuan dan cara merayakannya.

Sebagai contoh adalah acara mudik yang harus mengorbankan banyak uang dan acara pesta yang cenderung berfoya-foya. Pasti kita sudah maklum bahwa menjelang hari-hari perayaan tersebut harga-harga akan naik tajam. Harga-harga ini naik karena ulah kita juga. Bagi orang kaya, kenaikan harga ini tidak menimbulkan masalah. Tetapi bagi keluarga miskin, tentu sangat berat. Jelas ini berkebalikan dengan tujuan hari raya, yaitu agar setiap orang bergembira, termasuk orang-orang yang tidak mampu.

Intinya, pelajaran yang perlu kita ambil dari kisah kedua ini adalah jangan sampai kita membuat Idul Fitri dan Idul Adha kita, hari raya yang hanya diijinkan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam, menjadi kehilangan nilai-nilai keagamaan.


Kisah Ketiga
Perbedaan bukan rahmat. Kita sering mendengar hadits "perbedaan adalah rahmat". Meskipun sudah dibuktikan bahwa hadits ini tidak ada asalnya, tetapi masih banyak orang yang menggunakannya. Padahal praktek di lapangan menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah rahmat. Kisah ketiga adalah contohnya.

Saat menghadapi undangan weihnacht party ada 2 pendapat yang berbeda, yang satu mengharamkan dan yang lainnya menghalalkan. Ada 2 alasan pendapat yang mengharamkan, yaitu karena acara itu adalah perayaan agama lain dan karena di pesta itu terdapat minuman anggur. Padahal Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam melarang muslim menghadiri majelis yang di dalamnya tersedia minuman keras.

Dua staff yang tidak hadir adalah muslim yang meyakini pendapat haram. Apa alasan yang dipakai saat ditanyakan professor? Kalau menggunakan alasan agama, tidak bisa diterima karena ada muslim lain -bahkan lebih banyak- yang menghadirinya. Terpaksa mereka menggunakan alasan lain, yang sebenarnya tidak begitu kuat. Artinya, dengan alasan itu ada point negatif terhadap kedua staff tersebut.

Padahal secara dalil, belum tentu yang terkena efek negatif ini adalah muslim dengan pendapat yang salah. Bisa jadi juga pendapat yang mereka pegang adalah pendapat yang lebih kuat dan benar. Tetapi itulah efek dari perbedaan. Jadi benar, bahwa perbedaan itu bukanlah rahmat.


Kisah Keempat
Baru kali ini saya menemukan orang Jerman sekejam itu. Karena beragama Islam, dia berusaha agar muslim tidak bisa menjalankan agamanya. Kalau perlu, memaksanya dengan hukuman harus berada di luar rumah seharian di cuaca bulan desember yang sangat dingin.

Tetapi alhamdulillah masih ada saudara muslimah yang mau menampungnya beberapa hari. Dan dia sangat ikhlas menolongnya. Di sini saya bisa merasakan masih ada muslim yang tetap menganggap muslim lain adalah saudara, yang siap menolong saudara-saudaranya yang dalam kesulitan.

Saya yakin orang Jerman itu terkejut dengan kejadian itu. Karena sebelumnya dia heran karena muslimah itu ternyata punya teman-teman yang sangat baik walaupun baru beberapa bulan berada di Jerman. Sedangkan dia sendiri tidak punya teman seperti itu.

Jadi teringat dengan sabda Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam bahwa antar muslim itu adalah bersaudara. Karena bersaudara, antar muslim harus tolong menolong. Namun konsep tolong-menolong yang diajarkan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam lebih luas dari pada itu. Dengan ringkas, konsep tolong menolong Islam adalah:
a. segeralah menolong siapa saja yang kesusahan
b. janganlah mudah meminta tolong orang lain.


Kisah Kelima
Jangan bumbui ajaran agama dengan kebohongan. Agama Islam sangat menekankan kejujuran dan sangat melarang berbohong walaupun hanya bercanda. Kalau bercanda saja dilarang berbohong, apalagi untuk masalah agama. Efeknya memang sangat besar.

Contoh kisah weihnachtmann di kisah kelima adalah contohnya. Cerita ini memang cerita bohong yang diberikan ke anak kecil. Akibatnya, setelah mereka dewasa, mereka tahu dengan sendirinya bahwa itu adalah bohong. Sehingga mereka malah meremehkan tokoh tersebut. Sehingga bukan pemandangan yang aneh lagi kalau kita dapati tokoh itu diperani oleh seorang wanita yang berpakaian tidak pantas (red. maaf), atau tempat-tempat maksiat dan kemaksiatan menggunakan tokoh ini sebagai bintang iklan. Efek yang lebih besar adalah mereka menjadi tidak percaya lagi dengan ajaran agamanya.

Jadi, jangan pernah memberikan kebohongan dalam ajaran agama, seperti kisah palsu atau malah hadits palsu. Mungkin efek awalnya akan bagus. Tetapi efek jangka panjangnya bisa sangat mengerikan.


Selengkapnya...