Monday, March 2, 2009

Filosofi dari Ahli Mesin Bubut

Setelah beberapa bulan, seperti biasa motor saya harus menjalani "general check-up", terutama bagian modifikasi roda 3. Bagian modifikasi memang bukan hasil penelitian, sehingga menjadi wajar jika sering timbul masalah. Hal ini berbeda dengan bagian motor-motor yang lain, yang dibuat melalui proses perancangan yang teliti, sehingga hasilnya akan lebih bagus.

Di tempat "general check-up" (sebuah bengkel bubut), alhamdulillah, motor saya ditangani oleh pemilik bengkel sekaligus orang yang paling ahli di bengkel tersebut. Beliau juga ahli menggunakan mesin bubut. "Saya tidak menyangka loh, pak, kalau bagian as ini bisa retak. Padahal saya memilihkan bahan yang paling kuat," begitu Pak Har menyampaikan hasil pertama pengecekan.

Tidak disangka, kalimat pembuka tersebut menjadi awal pembicaraan selanjutnya yang cenderung serius di antara kami. Tentunya sambil terus melakukan pengecekan dan perbaikan jika diperlukan. Akan saya sampaikan satu tema pembicaraan yang menurut saya paling menarik.

Memang dalam membuat modifikasi motor roda 3 ini, Pak Har sudah memperhitungkan berbagai hal, namun masih saja ada kemungkinan salah perhitungan. Beliau sudah terbiasa melakukan perhitungan dari berbagai hal karena sudah terbiasa mengoperasikan mesin bubut. Dari mesin bubut inilah, pembicaraan kami menjadi berkembang.

Dengan mesin bubut itu, beliau sudah berhasil membuat berbagai alat. Masih dari beliau, dalam pembuatan suatu alat, banyak settingan yang perlu diperhatikan. Settingan ini bisa dikatakan dari berbagai sisi dan arah: atas, bawah, depan, belakang, samping, kemiringan pisau, dll, sampai saya menjadi tidak paham. Salah sedikit dari satu sisi/arah, hasilnya bisa dipastikan tidak akan sesuai dengan harapan. Kalau semua settingan ini benar, barulah hasilnya akan sesuai.

Akhirnya beliau menganalogikan dengan kehidupan ini. Untuk menjalani hidup ini, setiap orang harus memperhatikan dari berbagai sisi. Setiap sisi ini harus di-setting sehingga manusia bisa menjalani hidup dengan benar. Bila ada satu sisi yang terlupakan, tujuan akhir manusia tentulah tidak akan tercapai secara sempurna. Hanya dengan settingan yang benarlah manusia bisa mencapai tujuan akhir hidup ini.

Betul juga apa yang disampaikan oleh Pak Har. Terbayang di pikiran saya, apa yang terjadi seandainya mesin bubut itu tidak di-setting sama sekali. Tentunya besi yang dibubut itu akan tetap seperti semula, tidak menjadi alat, atau bahkan hancur tidak terbentuk.

Tanpa saya sadari, filosofi Pak Har ini terbawa ke rumah dan ke tempat tidur. Pikiran saya pun bertambah kacau hingga muncullah pikiran-pikiran ini:
  1. Agar settingan tidak salah, tentunya pembuat mesin bubut itu sudah menyertakan manual penggunaan. Tanpa manual ini, Pak Har tidak akan bisa mengoperasikan mesin bubut tersebut. Kalau tidak bisa mengoperasikan, Pak Har pasti hanya bisa mencoba-coba, yang hasilnya bisa benar dan bisa salah. Padahal dengan cara seperti itu, kemungkinan salah akan jauh lebih besar dibandingkan kemungkinan benar. Padahal juga, kalau salah, bisa timbul kemungkinan yang lain yaitu mesin bubut akan jadi rusak, tidak bisa dipakai, dan mesin itu menjadi sia-sia.
  2. Meskipun ada manual, pengoperasian tetap memerlukan latihan. Tanpa latihan yang berulang-ulang, tidak mungkin Pak Har bisa mengoperasikan mesin bubut itu dengan terampil. Apa yang terjadi jika malas latihan? Apa pula yang terjadi jika tidak pernah latihan dan hanya memajang manual ini di lemari atau sebagai hiasan?
  3. Seperti mesin-mesin lain, jika ada salah satu bagian yang rusak maka harus segera diperbaiki. Kalau tidak, kemungkinan besar akan merusak bagian yang lain.
  4. Kesalahan pengoperasian mesin bubut ini bisa berbahaya, tidak hanya buat yang mengoperasikan tetapi buat orang-orang sekitarnya bahkan buat alam lingkungan di sekitarnya.
Bagaimana dengan hidup kita?

No comments: