Kancil dan Anjing
Kategori:
Seni dan Sastra
Barusan anak pertama saya menunjukkan buku-buku yang dia beli di sekolah. Kalau bisa disebut sebagai 'beli' karena anak saya belum bayar. Memang kadang-kadang anak saya membeli buku di counter buku sebuah penerbit yang ditempatkan di sekolah. Mereka mengijinkan anak-anak untuk membeli buku dengan pembayaran ditunda keesokan harinya. Contohnya adalah anak saya yang memang tidak mungkin kami beri uang saku, yang besarnya cukup untuk membeli sebuah buku sekalipun. Kami biarkan anak saya melakukan itu, dengan tujuan agar senang membaca buku, apalagi jika dia sendiri yang memilih dan membelinya. Dan juga kalau misalnya kami tidak cocok, buku tersebut bisa dikembalikan keesokan harinya.
Salah satu buku yang dia beli berjudul "Dongeng sebelum tidur". Sesuai dengan judulnya buku ini berisi dongeng-dongeng untuk pengantar tidur. Sebagian dongeng-dongeng tersebut pernah dibacakan ayah saya waktu saya masih kecil. Yang menarik perhatian saya saat ini adalah dongeng fabel tentang kancil, khususnya yang berjudul Kancil dan Anjing.
Ringkasan dari cerita tersebut adalah sebagai berikut:
Pak Tani berhasil menangkap kancil, yang beberapa hari ini telah mencuri mentimun-mentimun di kebunnya. Kancil itu dikurung di sebuah sangkar, dan rencananya akan disembelih untuk dimasak sate. Maka pergilah Pak Tani ke pasar untuk membeli bumbu-bumbu.
Saat Pak Tani pergi, datanglah anjing ke tempat kancil dikurung. Karena heran, si anjing bertanya kepada kancil kenapa dia berada di sangkar. Maka berkatalah si kancil: "Apakah engkau tidak tahu bahwa saya akan dijadikan menantu Pak Tani. Dan saat ini Pak Tani sedang mempersiapkan pesta perkawinan saya dengan anaknya itu".
Selanjutnya terjadilah percakapan yang seru akibat perkataan si kancil tersebut. Si anjing merasa bahwa dia lebih berhak menjadi menantu Pak Tani karena sudah lama bekerja membantu di situ, dan meminta si kancil agar dia dapat memberikan posisinya. Tentunya si kancil tidak akan mudah melepaskan posisinya. Tetapi karena terus didesak, akhirnya si kancil merelakan tempatnya.
Si kancil dilepas oleh si anjing, sedangkan si anjing masuk sangkar. Saat Pak Tani pulang, terkejutlah dia melihat bahwa si kancil telah hilang dan digantikan oleh si anjing. Akhir cerita, si kancil gembira karena terbebas dari kematian, sedangkan si anjing mendapat hukuman dari Pak Tani.
Memang banyak nasehat yang diberikan oleh dongeng tersebut, yang diharapkan dapat diserap oleh anak-anak yang mendengar dan membacanya. Namun, jika tanpa diarahkan oleh buku/orang tua, mana yang akan ditiru oleh anak-anak, kancil atau anjing? Dilihat dari akhir cerita, pasti anak-anak akan meniru kancil karena hanya kancil yang bahagia. Namun, tindakan kancil yang manakah sebenarnya pantas untuk ditiru? Mencurinya? Tentunya tidak. Jelas-jelas mencuri itu tidak baik. Tanpa memandang agama, semua orang pasti setuju. Atau kecerdikannya? Mungkin ini jawaban yang benar. Tetapi kalau kecerdikan itu digunakan untuk membohongi orang lain? Menurut saya, lebih baik jangan ditiru.
Salah satu buku yang dia beli berjudul "Dongeng sebelum tidur". Sesuai dengan judulnya buku ini berisi dongeng-dongeng untuk pengantar tidur. Sebagian dongeng-dongeng tersebut pernah dibacakan ayah saya waktu saya masih kecil. Yang menarik perhatian saya saat ini adalah dongeng fabel tentang kancil, khususnya yang berjudul Kancil dan Anjing.
Ringkasan dari cerita tersebut adalah sebagai berikut:
Pak Tani berhasil menangkap kancil, yang beberapa hari ini telah mencuri mentimun-mentimun di kebunnya. Kancil itu dikurung di sebuah sangkar, dan rencananya akan disembelih untuk dimasak sate. Maka pergilah Pak Tani ke pasar untuk membeli bumbu-bumbu.
Saat Pak Tani pergi, datanglah anjing ke tempat kancil dikurung. Karena heran, si anjing bertanya kepada kancil kenapa dia berada di sangkar. Maka berkatalah si kancil: "Apakah engkau tidak tahu bahwa saya akan dijadikan menantu Pak Tani. Dan saat ini Pak Tani sedang mempersiapkan pesta perkawinan saya dengan anaknya itu".
Selanjutnya terjadilah percakapan yang seru akibat perkataan si kancil tersebut. Si anjing merasa bahwa dia lebih berhak menjadi menantu Pak Tani karena sudah lama bekerja membantu di situ, dan meminta si kancil agar dia dapat memberikan posisinya. Tentunya si kancil tidak akan mudah melepaskan posisinya. Tetapi karena terus didesak, akhirnya si kancil merelakan tempatnya.
Si kancil dilepas oleh si anjing, sedangkan si anjing masuk sangkar. Saat Pak Tani pulang, terkejutlah dia melihat bahwa si kancil telah hilang dan digantikan oleh si anjing. Akhir cerita, si kancil gembira karena terbebas dari kematian, sedangkan si anjing mendapat hukuman dari Pak Tani.
Memang banyak nasehat yang diberikan oleh dongeng tersebut, yang diharapkan dapat diserap oleh anak-anak yang mendengar dan membacanya. Namun, jika tanpa diarahkan oleh buku/orang tua, mana yang akan ditiru oleh anak-anak, kancil atau anjing? Dilihat dari akhir cerita, pasti anak-anak akan meniru kancil karena hanya kancil yang bahagia. Namun, tindakan kancil yang manakah sebenarnya pantas untuk ditiru? Mencurinya? Tentunya tidak. Jelas-jelas mencuri itu tidak baik. Tanpa memandang agama, semua orang pasti setuju. Atau kecerdikannya? Mungkin ini jawaban yang benar. Tetapi kalau kecerdikan itu digunakan untuk membohongi orang lain? Menurut saya, lebih baik jangan ditiru.
3 comments:
pak taupik..suka nonton spongebob juga tah ? apa cuman nemenein putra aja :P
nemenin saja... terus jadi suka juga :)
betul pak.. seringkali cerita2 moral yang berdar di masyrakat masih harus di filter ulang.. :d
Post a Comment