Monday, March 10, 2008

Golongan yang berdusta

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ

Ayat tersebut adalah 2 ayat terakhir dari surat Al-Fatihah, yaitu Surat dari Al-Qur'an yang setiap hari dibaca minimal 17 kali. Kedua ayat berisi do'a kepada Allah SWT. Menurut terjemahan dari Depag RI, arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:
"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".

Doa yang setiap hari kita ucapkan 17 kali itu, berisi agar kita ditunjukkan ke jalan yang lurus. Dan jalan yang lurus itu bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat. Insya Allah, kita semua paham dengan arti dari ayat-ayat tersebut. Tetapi sudahkah kita mencoba untuk berusaha mewujudkan do'a kita? Atau justeru apa yang akan kita lakukan bertentangan dengan isi do'a itu?

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan terlebih dahulu makna dari "jalan orang yang diberi nikmat". Orang-orang yang diberi nikmat disebutkan dalam An-Nisaa:69:
Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Jadi, orang-orang yang diberi nikmat adalah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah. Seseorang disebut taat jika menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan.

Selanjutnya, masih dalam tafsir tersebut, bahwa jalan yang lurus itu bukan jalan dari orang-orang yang dimurkai oleh Allah dan bukan jalan dari orang-orang yang sesat. Ada 2 istilah berbeda yang muncul di sini, yaitu orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. Kedua istilah ini menunjukkan 2 kelompok orang yang berbeda. Yang termasuk ke dalam orang-orang yang dimurkai oleh Allah adalah orang Yahudi, sedangkan yang termasuk ke dalam orang yang sesat adalah orang Nashrani. Petikan dari Al-Maidah:60 menunjukkan golongan yang dimurkai Allah:
... Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi...
Petikan tersebut merujuk ke golongan Yahudi, dimana sebagian dari mereka dijadikan kera dan babi karena melanggar hari Sabat. Sedangan petikan dari Al-Maidah:77 menunjukkan golongan yang sesat:
... Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.
Petikan ayat tersebut merujuk ke golongan Nasharani. Beberapa hadits juga menunjukkan hal yang sama.

Ada sifat mendasar pada golongan Yahudi yang menyebabkan golongan ini dimurkai Allah. Bahwa Yahudi diberi ilmu tentang hukum Allah tetapi tidak diamalkan, bahkan cenderung membangkang terhadap ilmu tersebut. Salah satu kisah tentang pembangkangan ini adalah hadits yang menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang menghukum orang yang berzina dengan tidak menggunakan hukum rajam. Saat ditanya Rasulullah, orang-orang tersebut berkata bahwa hukum rajam tidak ada dalam Taurat. Tetapi selanjutnya Rasulullah bisa menunjukkan bahwa hukum rajam itu benar-benar ada dalam Taurat, tetapi mereka tidak mau mempraktekkan. Banyak juga ayat-ayat Al-Qur'an yang menceritakan pembangkangan golongan Yahudi ini.

Sedangkan sifat mendasar pada golongan Nashrani, sehingga mereka tersesat, adalah mereka tidak mempunyai ilmu (hukum Allah) dan mencari ilmu ke sumber yang salah. Sehingga golongan ini melakukan amal tanpa berdasar ilmu.

Dengan kata lain, golongan yang dimurkai adalah golongan yang mengetahui hukum Allah tetapi tidak mengamalkan. Sedangkan golongan yang sesat adalah golongan yang mengamalkan sesuatu tanpa mengetahui hukumnya. Keduanya sama, akan menghasilkan kedustaan dalam beragama. Golongan pertama berdusta bahwa hukum yang seharusnya mereka amalkan tidak ada sehingga tidak perlu diamalkan. Sedangkan golongan kedua berdusta bahwa amalan yang mereka lakukan adalah sesuai dengan hukum Allah, padahal mereka tidak mengetahui secara pasti.

Bagaimana dengan kita, umat Islam? Bagaimana kalau kita mengetahui hukum Allah tetapi tidak mengamalkannya? Apakah kita termasuk golongan yang dimurkai Alah? Bagaimana pula bila kita membuat amalan tanpa mengetahui hukumnya? Apakah kita juga digolongkan sebagai golongan yang sesat?

Wallahu a'lam bishshowab.

No comments: