Tuesday, June 3, 2008

Kejujuran Ilmiah

Beberapa bulan yang lalu, ada kejadian yang sedikit "mencoreng" dunia ilmiah, khususnya penelitian. IPB lewat salah satu penelitiannya mengungkapkan ada bakteri yang berbahaya dalam produk susu formula dan makanan bayi. Mendengar ini, dengan tidak menghargai peneliti, Menkes membantah hasil penelitian itu. Bahkan Menkes menuduh IPB dibiayai pihak asing untuk menghancurkan produsen susu dalam negeri. Menkes didukung oleh hasil penelitian Badan POM yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bakteri tersebut, serta menambahkan bahwa susu formula dan makanan bayi yang beredar di masyarakat. Badan POM adalah salah satu badah yang berada di bawah Departemen Kesehatan.

Di sini saya tidak akan membahas tentang mana penelitian yang benar karena sudah basi. Yang saya bahas adalah etika dalam penelitian. Pertama, bahwa tanggapan yang diberikan pemerintah benar-benar tidak menghargai peneliti. Ungkapan yang disampaikan ke Menkes menunjukkan adanya ketidak-percayaan peneliti dan hasil penelitiannya, bahkan memberikan tuduhan yang menyakitkan. Peneliti bisa saja berbuat salah, dan itu wajar. Wajar juga kalau peneliti mengumumkan hasil penelitiannya. Karena semuanya wajar, tidak perlu ditanggapi dengan emosi seperti kebakaran jenggot. Jika berpikiran positif, hasil penelitian harus ditanggapi dengan hasil penelitian juga. Ilmiah dijawab dengan ilmiah, bukan dengan emosi.

Kedua, namun di sisi lain, ternyata memang terjadi juga peneliti (baik dari akademisi dan non-akademisi) yang tidak jujur dalam penelitiannya. Ada peneliti yang berpikiran bahwa yang penting membuat laporan akhir, dan laporan akhir ini harus sesuai dengan tujuan awal yang ditetapkan. Meskipun untuk itu harus mengubah data atau menggunakan data palsu. Beberapa kemungkinan penyebab peneliti melakukan tindakan tidak terpuji, di antaranya:
1. Mengurangi kredibilitas si peneliti. Kalau hasilnya tidak sesuai dengan tujuan menunjukkan kemampuan yang kurang dalam melakukan analisis awal.
2. Memenuhi permintaan pemberi dana. Ada unsur kepentingan bagi pemberi dana sehingga mereka menginginkan hasil tertentu.

Saya memang tidak melakukan survey seberapa banyak peneliti dan penelitian yang curang itu. Tetapi hal itu memang ada. Tetapi yang penting buat kita bukan seberapa banyak peneliti yang curang. Meskipun jumlahnya kecil, tentu akan merusak citra penelitian. Penelitian bisa tidak dipercaya lagi, meskipun sampai saat ini pemerintah memang tidak mempercayai penelitian dari dunia akademisi.

Salah satu contoh kecurangan dalam penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian dari dunia akademisi, keilmiahan, dan intelektualitas tidak seharusnya melakukan kecurangan dalam penelitiannya. Mungkin skala kecurangannya tidak sebesar pada penelitian yang didanai. Tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan karena memberikan pembelajaran yang buruk buat mahasiswa.

Sebagian kecurangan memang kemungkinan karena ketidak-sengajaan. Seperti contoh mengutip pendapat atau hasil penelitian orang lain tanpa menunjukkan rujukannya. Kaidah dalam penelitian adalah "apa yang ditulis dalam laporan adalah hasil pemikiran/karya peneliti selama tidak ada statement yang menyatakan bahwa itu diambil dari pemikiran/hasil penelitian orang lain". Jadi, kalau mahasiswa tidak mencantumkan sumbernya, itu akan dianggap pemikiran mahasiswa. Dan kalau itu terbukti diambil dari orang lain maka mahasiwa akan dianggap sebagai "pencuri" (plagiator).

Tetapi sebagian lagi disebabkan karena kesengajaan. Dan ini sangat memprihatinkan. Orientasinya yang umum adalah nilai. Karena takut nilainya jelek, padahal sudah lelah dan mentok, maka dengan sengaja melakukan pemalsuan. Kalau di dunia informatika, pemalsuan yang dilakukan adalah pemalsuan kepemilikan. Contoh pemalsuan kepemilikan di sini adalah "mengaku" bahwa software yang dia buat adalah bikinan sendiri. Padahal, secara umum penelitian mahasiswa informatika, khususnya S1, lebih dititik beratkan pada pembuatan software (perangkat lunak). Sehingga software memang seharusnya dibuat sendiri. Masih bisa ditolerir jika sebagian adalah buatan orang lain, asalkan disebutkan juga dalam laporan. Asalkan juga, bahwa bagian itu bukan bagian utama dari software yang dibuat.

Jika memang terjadi pemalsuan seperti itu, penguji seharusnya tidak meluluskan penelitian tersebut. Itu adalah tanggung jawab penguji yang sebenarnya juga berstatus sebagai peneliti. Sebagai peneliti memang seharusnya tidak mengakui hasil penelitian yang curang. Tidak mengakui hasil penelitian dinyatakan dalam bentuk tidak meluluskan peneliti (mahasiswa). Demikian juga pembimbing, yang juga peneliti. Sangat tidak etis kalau pembimbing melindungi mahasiswanya. Pembimbing harus tegas demi terciptanya dunia penelitian yang memang menuntut kejujuran.

No comments: