Wednesday, October 3, 2007

Iklan Sirup

Mohon maaf, kalau tulisan ini di luar topik. Nggak tahan saja melihat iklan yang akan saya ceritakan ini, yang sepertinya hanya akan diputar di bulan Ramadhan. Tetapi memang adalah perlu untuk sekali-kali menulis di luar topik.

Seperti yang sudah saya singgung di awal, iklan ini tentang minuman sirup (tidak perlu saya sebutkan mereknya). Diputar di bulan Ramadhan, dan kemungkinan hanya di Bulan Ramadhan karena berdasarkan isi ceritanya.

Cerita iklan diawali dengan seorang pemuda yang sedang menyapu. Saat menyapu, dia melihat anak-anak melempari pohon rambutan milik tetangga si pemuda. Saat itu juga, pemuda tersebut meneriaki anak-anak itu dan mengusir mereka pergi. Pemuda ini termasuk orang tidak punya, sedangkan tetangga pemilik pohon rambutan adalah orang kaya.

Setelah semua anak pergi, pemuda tersebut memunguti rambutan yang sudah jatuh dan menaruhnya ke dalam keranjang bambu. Lumayan banyak juga. Selanjutnya rambutan yang sudah terkumpul diantar ke pemilik pohon. Seorang Ibu, pemilik rumah, menerima rambutan itu dengan wajah dingin sambil bilang "oooo.....". Pemuda itu meninggalkan pemilik rumah dengan wajah nyengir.

Sore harinya, ibu tadi mengirim es sirup, tentunya sirup merek iklan tsb, yang dicampur dengan rambutan ke pemuda itu. Tetap dengan wajah tanpa senyum, ibu itu memberikan es sirup tersebut (Episode yang baru, ada senyumnya). Dan tentu si pemuda menyambut dengan senyum ceria.

Ada dua hal yang perlu dicermati, pertama kenapa saat menerima rambutan ibu tadi menerima dengan wajah dingin tanpa ucapan terima kasih. Kedua si pemuda juga dengan ekspresi wajah nyengir. Intepretasi terhadap iklan ini tergantung penonton karena memang iklan tsb menggunakan bahasa tubuh.

Kalau intepretasi saya tentang ibu tadi, balasan berbentuk materi lebih penting dari non materi. Sirup sebagai simbol materi adalah yang diberikan oleh ibu tersebut. Sedangkan ucapan terima kasih yang tulus dan wajah dengan senyum adalah simbol non materi, yang tidak diberikan. Ibu tersebut lebih suka memberikan sirup daripada senyuman dan ucapan terima kasih.

Sedangkan intepretasi saya tentang pemuda tadi, saat dia membantu, dia mengharapkan sedikit rambutan diberikan ke dia. Tetapi ternyata ibu tadi tidak memberikan rambutan yang sudah dikumpulkan. Makanya wajahnya jadi nyengir. Mungkin kurang ikhlas.

Dan memang, sepertinya itu yang terjadi di masyarakat kita. Kita lebih suka memberikan balasan materi daripada non-materi terhadap orang lain yang membantu kita. Kalau dua-duanya tidak masalah. Tetapi jangan sampai yang non-materi tidak diberikan sama sekali.

Demikian juga dari sisi orang yang membantu orang lain. Janganlah kecewa kalau orang tidak memberikan penghargaan terhadap apa yang kita lakukan. Kita harus benar-benar ikhlas dalam membantu.

Kalau dari sudut pandang saya sendiri, sungguh saya sangat senang jika orang yang saya bantu berhasil. Dan, Insya Allah, tidak ada keinginan untuk mendapatkan balasan materi. Tetap menganggap saya sebagai teman dan tidak segan untuk minta bantuan lagi, sudah merupakan balasan yang sangat menyenangkan.

3 comments:

Anonymous said...

yup pak kita kudu ikhlas!tapi kadang misal nya ada orang yg baik sama saya terus saya nga ngasih apa2!kadang saya juga nga enak hati e pak! misal temen saya bantuin pindahan kost,,masa saya nga ngasih apa2 pak!pdhl saya tau mereka iklash!tp kok saya sendiri yg jadi nga enak!
apa mungkin sudah menjadi trend di kalangan masyarakat jaman skrg!

توفيق هداية said...

betul, Mas Wahyu. kadang-kadang kita memang perlu memberi sesuatu terhadap orang yang menolong kita. apalagi kalau bantuannya perlu kerja berat.

tapi yang saya maksudkan di tulisan ini, jangan sampai hanya materi saja yang kita berikan. yang non-materi harus tetap kita berikan. jangan sampai terjadi, kita memberi makan sambil menggerutu plus wajah cemberut, ditambah tidak ada ucapan terima kasih sama sekali. seolah-olah dengan hanya memberi materi, kita sudah menyampaikan rasa terima kasih kita.

Arwan Khoiruddin said...

sekali lagi saya sepakat dengan pak taufiq. di dalam al quran pun juga dijelaskan: perkataan yang baik dan pengampunan itu lebih baik daripada sedekah yang diikuti dengan ngundat undat. kalau saya memahami, apa yang disampaikan Allah ini sejalan dengan apa yang disampaikan pak taufiq.

bicara masalah ikhlash, saya jadi inget pengajian semalem. (sori, komentar saya agak panjang ni...). ustadznya cerita tentang satu hadist qudsi: "dulu ketika pertama kali Allah ciptakan bumi, bumi ini tidak stabil, banyak gempa, dan bergolak. lalu Allah ciptakan gunung, dan kemudian bumi ini tenang. Malaikat kemudian kagum pada kekuatan gunung. kemudian Allah mengatakan: ada yang lebih kuat dari gunung, yaitu besi. lalu, ada yang lebih kuat dari besi, yaitu api. ada yang lebih kuat dari api, yaitu air. ada yang lebih kuat dari air, yaitu angin. dan ada yang lebih kuat dari semuanya yaitu ikhlash.

kemudian ustadznya mengatakan: kalau kita ingin berbuat apapun, dan ingin mengembangkan apapun (entah itu organisasi atau apapun), maka kuncinya hanya satu, yaitu ikhlash.

wallahu a'lam bisshowab.