Saturday, December 10, 2011

Kebohongan Ilmiah: Pencatutan Nama

Dalam penulisan karya ilmiah, yang sering terjadi adalah pengutipan perkataan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Penulis karya tersebut bisa dikategorikan sebagai plagiator (penjiplak) walaupun kadang-kadang hal ini disebabkan karena ketidak-sengajaan.

Namun, pernah juga terjadi pengutipan perkataan seseorang padahal orang tersebut tidak pernah mengatakannya. Sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang tidak mungkin dalam penulisan karya ilmiah. Plagiasi pada kasus pertama adalah mengakui perkataan orang lain sebagai perkataan penulis. Tetapi pada kasus kedua ini, justeru perkataan penulis yang diakukan sebagai perkatan orang lain. Namun hal ini benar-benar terjadi. Salah satu motivasi yang mungkin melandasinya adalah ingin mengambil keuntungan dari nama besar orang yang dikutip perkataannya.

Pada kasus pertama, masih mungkin terjadi karena ketidak-sengajaan. Namun pada kasus kedua, bisa dipastikan karena kesengajaan, apalagi jika hal itu menyangkut nama besar seseorang.

Hadits palsu bisa dikategorikan dalam kebohongan ini. Karena resikonya bisa menyesatkan orang lain, hukumannya berat yaitu neraka. Bahkan tempat duduk untuk pelakunya sudah disediakan. Sungguh heran kalau ada orang yang menyepelekan hal ini, yang contohnya adalah berani mengutip hadits yang belum diketahui keshahihannya.

Kasus yang akan saya kutip ini adalah contoh yang lain. Kebohongan yang sangat memalukan. Penulisnya sendiri mengaku bahwa bukunya ditulis dengan mengikuti kaidah ilmiah. Untungnya, orang yang dikutip masih hidup sehingga bisa dikonfirmasi. Namun perlu dipertanyakan kejujuran penulis, "kepada orang yang masih hidup saja, dia berani berdusta atas namanya. Apalagi kepada orang yang sudah mati?"



Kebohongan Syaikh Idahram atas Nama Arifin Ilham

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Salah satu kebiasaan orang Syiah dalam karya-karya mereka adalah BERBOHONG. Ini seperti sudah menjadi tabi’at yang melekat. Bagi mereka “membohongi Ahlus Sunnah” dianggap “amalan shalih”. Masya Allah. Ya maklum ya, mereka hidup tidak merasa diawasi oleh Allah. Tanggung-jawab hanya ke imam-imamnya saja. Meskipun di hadapan Allah salah, kalau hal itu diperintah oleh imam-imamnya, ya mereka lakukan juga.

Seperti dalam buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” (SBSSW) karya Idahram, dan buku-buku lain. Disana dicantumkan kalimat endorsement dari tokoh-tokoh Muslim, salah satunya Ustadz Arifin Ilham. Karena ada dukungan seperti itu, jelas buku tersebut laku keras di tengah masyarakat. Belakangan ketika ada yang melakukan klarifikasi, Arifin Ilham merasa DICATUT. Katanya, dia tidak pernah membaca isi buku itu.

Hal ini, tak lepas dari peranan salah seorang saudara kita, Al Akh Irres Ponorogo. Dia coba melakukan klarifikasi kepada Arifin Ilham via media facebook untuk mengetahui komentar Arifin Ilham terkait endorsement yang diberikan di buku-buku Idahram.

Irres Ponorogo menyampaikan pertanyaan kepada Ustadz Arifin Ilham:
"Ustadz Arifin Ilham, buku berjudul ‘Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi’ (SBSSW) yang dikarang oleh seorang yang mengaku bernama Syaikh Idahram. Buku tersebut berisi gugatan dan caci-maki terhadap apa yang disebut dengan ‘Gerakan Salafi Wahabi’. Dukungan ustad M Arifin Ilham pada buku tersebut menimbulkan kontroversi. Afwan, kiranya ustadz mau introspeksi terhadap hal ini. Tolong dikaji lagi pernyataan ustadz pada buku tersebut!"
Kemudian pernyataan di atas mendapat tanggapan sebagai berikut oleh Ustadz Arifin Ilham:
"Subhanallah, sebaiknya Akhy Fillah tahu, bahwa prakata di buka itu tanpa seizin saya Muhammad Arifin Ilham, dan sudah saya sampaikan protes saya. Membacanya pun saya belum pernah."
(FB Ustadz Arifin Ilham 2. Tanggal 3 Desember pukul 12:57).

Kemudian Saudara Irres Ponorogo, menyampaikan pernyataan berikutnya masih via facebook ke laman FB Ustadz Arifin Ilham 2, pada tanggal 5 Desember 2011, jam 15.59. Isi pernyataannya, berikut:

"Tolong Ustadz Arifin diminta klarifikasi secara terbuka mengenai buku ‘Sejarah Sekte Salafy Wahaby’ dari ustadz Abu Muhammad Waskito: ‘Ya mestinya berani melakukan klarifikasi dong. Masak untuk publikasi buku sehebat itu, klarifikasinya hanya melalui email personal. Ayo lakukan klarifikasi terbuka. Cabut pernyataan itu, kalau perlu lakukan bantahan terhadap penulisnya. Kalau ada klarifikasi ke blog ini, resmi dari Arifin Ilham, insya Allah akan dimuat.’"
Lalu mendapat jawaban dari Ustadz Arifin Ilham sebagai berikut:
"Subhanallah, cukup Dewan Syariat Majlis (Adz Dzikra) & pihak terkait (misalnya MUI), kami tidak ingin menjadi PUBLIKASI bagi mereka yang berkepentingan lain… Biarlah umat menilainya."
Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Idahram, Said Aqil Siradj, Pustaka Pesantren, dan para pendukung gerakan buku-buku propaganda itu; mereka telah mencatut nama Ustadz Arifin Ilham dan membuat-buat kalimat palsu sesuka hatinya.

Lihatlah disana, bahwa orang-orang itu terbiasa berbohong, makan kebohongan, bergelut dengan dunia dusta, serta menikmati tetes-tetes air dari jalan keculasan. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. Masya Allah, seiring waktu berjalan, mereka akan “ditelanjangi” di panggung sejarah, atas ijin dan perkernan Allah Al ‘Aziz.

Syukran jazakallah khair kepada Saudara Irres Ponorogo atas keterlibatannya dalam meluruskan masalah yang ada. Wal ‘aqibatu lil muttaqiin.

AMW.

Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/kebohongan-syaikh-idahram-atas-nama-arifin-ilham.htm

2 comments:

no limit adventure said...

salam kenal :)
sukses selalu :)

no limit adventure said...

salam sukses selalu :)