Friday, July 4, 2008

Perwujudan Kepribadian yang Ihsan

Dalam bekerja dan berusaha haruslah dilandasi dengan kejujuran, karena jujur akan membawa keberkahan, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra.

Diceritakan oleh Abdullah bin Zaid bin Aslam mendengar dari ayahnya, dari kakeknya, Aslam menuturkan, "Ketika kami sedang bersama khalifah Umar bin Khatthab berkeliling di tengah malam untuk memantau keadaan di kota Madinah.

Tiba-tiba ia bersandar pada tembok dan terdengarlah suara seorang perempuan berkata kepada putrinya, 'Ambillah susu itu dan campurlah dengan air'. Putrinyapun menjawab, 'Ibu, tidaklah engkau tahu bahwa khalifah Umar hari ini telah bertekad untuk memberantas kecurangan?' . Ibunya bertanya, 'Apa tekadnya itu?'.

'Ia telah memerintahkan seorang penyeru untuk mengumumkan kepada khalayak ramai agar tidak mencampur susu dengan air'. Ibunya tetap bersikeras agar putrinya mencampur susu dengan air sebelum dijual, dengan mengatakan, 'Khalifah dan penyerunya tidak akan melihat'. Ia menjawab, 'Ibu, pantaskah aku mentaatinya di depan, sementara menentangnya dari belakang?'

Mendengar percakapan antara ibu dan anak gadisnya itu, Umar pulang dengan hati menyimpan sesuatu. Pagi harinya Umar memanggil putranya, Ashim, lalu menikahkannya dengan gadis itu. Ia tidak memandang pada pekerjaan, keturunan atau hartanya tetapi memandang kepada kepribadiannya yang baik dan beriman, meskipun hidupnya sulit, miskin harta dan kedudukan, namun telah mencapai derajat ihsan, ia menyembah Allah seakan-akan melihatnya dan kalaupun ia tidak melihatnya, ia yakin kalau Allah melihatnya.

Pasangan ini, kemudian dikaruniai anak perempuan yang kelak melahirkan Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang dikenal adil dan ahli ibadah.

{Dikutip dari SwaraQuran No. 3 Tahun ke-6}

No comments: