Showing posts with label Seni dan Sastra. Show all posts
Showing posts with label Seni dan Sastra. Show all posts

Monday, January 22, 2007

SIM Buat Spongebob

Sambil menemani anak pertama - yang masih duduk di bangku TK - sedang sarapan pagi, saya ikut menonton TV. Acara yang kami tonton pada pukul 06 pagi adalah film seri kartun berjudul SPONGEBOB SQUAREPANTS. Terjemahan bebas dari judul film tersebut adalah Spongebob Si Celana Kotak. Bagi yang pernah menonton dalam Versi Bahasa Jerman, judulnya diterjemahkan menjadi SPONGEBOB SCHWAMPKOPF (Spongebob Si Otak Cerdas).

Saya tidak tahu apakah episode yang saya ceritakan ini memang oleh penulisnya ditujukan untuk memuat pesan moral. Pesan moral yang saya tangkap, yang kebetulan berkaitan dengan blog saya.

Ceritanya berawal dari keinginan Spongebob untuk bisa mengendarai mobil, atau tepatnya kapal, karena Spongebob hidup di dasar laut yang bernama Bikini Bottom. Selanjutnya Spongebob mengikuti kursus milik Nyonya Puff (semoga penulisannya benar). Mungkin sudah aturan di Amerika Serikat, tempat film kartun Spongebob dibuat, bahwa yang mengeluarkan SIM Kapal adalah guru yang mengajar di tempat kursus. Tentunya SIM bisa diberikan setelah lulus test yang diadakan oleh guru tersebut.

Setelah mengikuti kursus beberapa kali, yang setiap kursus selalu diakhiri dengan test, Spongebob tidak pernah lulus. Test mengendarai kapal ini terdiri dari 2 jenis test, test tulis dan test praktik mengemudi. Test praktik mengemudi adalah test yang paling berat buat Nyonya Puff. Setiap kali test mengemudi, Nyonya Puff harus duduk di samping pengemudi, dengan pengemudi tentunya adalah Spongebob. Saya sebut berat karena test selalu berakhir dengan kecelakaan yang berat, yang mengakibatkan Nyonya Puff harus dirawat di Rumah Sakit.

Mungkin karena sudah bosan mengalami kecelakaan, Nyonya Puff berusaha untuk meluluskan Spongebob. Agar Spongebob tidak curiga, Nyonya Puff berkata bahwa kelulusan test hanya bisa didasarkan pada test tulis. Test tulisnya pun dibuat sangat mudah dengan 1 pertanyaan, yaitu 'Sebutkan apa yang diperoleh Spongebob selama mengikuti kursus?'. Meskipun Spongebob tidak bisa menjawab, Nyonya Puff tetap meluluskan Spongebob, yang artinya Spongebob mendapatkan SIM.

Nyonya Puff sadar bahwa sebenarnya dia telah berbohong. Yang lebih mengerikan, ia sadar bahwa sebenarnya dia telah menciptakan monster dengan kebohongan itu, monster jalanan. Untuk menutupi rasa bersalah, Nyonya Puff menghibur diri bahwa itu tidak mungkin karena Spongebob tidak punya kapal. Baru saja berpikir seperti itu, orang tua Spongebob datang untuk mengucapkan terima kasih dan sekaligus memberi kabar tentang hadiah kapal baru yang diberikan ke Spongebob.

Nyonya Puff benar-benar sadar bahwa dia telah menciptakan monster. Agar tidak terjadi, Nyonya Puff berencana untuk mencuri kapal Spongebob. Namun, saat mencuri, Nyonya Puff ketahuan dan tertangkap. Akhir cerita, Nyonya Puff dipenjara.

Ada bagian yang tidak bisa saya ceritakan di tulisan ini karena sulit digambarkan dengan kata-kata. Lebih seru kalau menonton filmnya langsung. Misalnya, bagaimana bayangan-bayangan jelek yang akan terjadi jika Spongebob berada di jalanan, dan serunya perebutan kapal antara Nyonya Puff dan Spongebob. Semuanya berawal dari ketidak-jujuran Nyonya Puff.

Selengkapnya...

Wednesday, January 10, 2007

Kancil dan Anjing

Barusan anak pertama saya menunjukkan buku-buku yang dia beli di sekolah. Kalau bisa disebut sebagai 'beli' karena anak saya belum bayar. Memang kadang-kadang anak saya membeli buku di counter buku sebuah penerbit yang ditempatkan di sekolah. Mereka mengijinkan anak-anak untuk membeli buku dengan pembayaran ditunda keesokan harinya. Contohnya adalah anak saya yang memang tidak mungkin kami beri uang saku, yang besarnya cukup untuk membeli sebuah buku sekalipun. Kami biarkan anak saya melakukan itu, dengan tujuan agar senang membaca buku, apalagi jika dia sendiri yang memilih dan membelinya. Dan juga kalau misalnya kami tidak cocok, buku tersebut bisa dikembalikan keesokan harinya.

Salah satu buku yang dia beli berjudul "Dongeng sebelum tidur". Sesuai dengan judulnya buku ini berisi dongeng-dongeng untuk pengantar tidur. Sebagian dongeng-dongeng tersebut pernah dibacakan ayah saya waktu saya masih kecil. Yang menarik perhatian saya saat ini adalah dongeng fabel tentang kancil, khususnya yang berjudul Kancil dan Anjing.

Ringkasan dari cerita tersebut adalah sebagai berikut:
Pak Tani berhasil menangkap kancil, yang beberapa hari ini telah mencuri mentimun-mentimun di kebunnya. Kancil itu dikurung di sebuah sangkar, dan rencananya akan disembelih untuk dimasak sate. Maka pergilah Pak Tani ke pasar untuk membeli bumbu-bumbu.
Saat Pak Tani pergi, datanglah anjing ke tempat kancil dikurung. Karena heran, si anjing bertanya kepada kancil kenapa dia berada di sangkar. Maka berkatalah si kancil: "Apakah engkau tidak tahu bahwa saya akan dijadikan menantu Pak Tani. Dan saat ini Pak Tani sedang mempersiapkan pesta perkawinan saya dengan anaknya itu".
Selanjutnya terjadilah percakapan yang seru akibat perkataan si kancil tersebut. Si anjing merasa bahwa dia lebih berhak menjadi menantu Pak Tani karena sudah lama bekerja membantu di situ, dan meminta si kancil agar dia dapat memberikan posisinya. Tentunya si kancil tidak akan mudah melepaskan posisinya. Tetapi karena terus didesak, akhirnya si kancil merelakan tempatnya.
Si kancil dilepas oleh si anjing, sedangkan si anjing masuk sangkar. Saat Pak Tani pulang, terkejutlah dia melihat bahwa si kancil telah hilang dan digantikan oleh si anjing. Akhir cerita, si kancil gembira karena terbebas dari kematian, sedangkan si anjing mendapat hukuman dari Pak Tani.

Memang banyak nasehat yang diberikan oleh dongeng tersebut, yang diharapkan dapat diserap oleh anak-anak yang mendengar dan membacanya. Namun, jika tanpa diarahkan oleh buku/orang tua, mana yang akan ditiru oleh anak-anak, kancil atau anjing? Dilihat dari akhir cerita, pasti anak-anak akan meniru kancil karena hanya kancil yang bahagia. Namun, tindakan kancil yang manakah sebenarnya pantas untuk ditiru? Mencurinya? Tentunya tidak. Jelas-jelas mencuri itu tidak baik. Tanpa memandang agama, semua orang pasti setuju. Atau kecerdikannya? Mungkin ini jawaban yang benar. Tetapi kalau kecerdikan itu digunakan untuk membohongi orang lain? Menurut saya, lebih baik jangan ditiru.

Selengkapnya...