Showing posts with label OOT. Show all posts
Showing posts with label OOT. Show all posts

Sunday, January 3, 2010

Bulan Desember di Dresden (bag. 2)

Dari kelima kisah tersebut, dapat diambil pelajaran sebagai berikut.

Kisah Pertama
Mungkin ini akibat memahami toleransi tanpa mengetahui lebih detail definisi toleransi yang diijinkan. Agama Islam mengajarkan toleransi lengkap dengan definisinya sehingga batas-batasnya sudah jelas. Salah satu batasnya adalah tidak mengikuti perayaan agama lain.

Mereka berdalih bahwa acara itu jauh dari acara religi. Tetapi nama acara itu sendiri adalah acara religi. Tambahan lagi, di backdrope-nya terpampang tulisan frohe weihnachten (Selamat weihnacht). Kalau mau mencari celah-celah pembenaran, pasti kita menemukan celah itu karena memang manusia dilengkapi dengan akal yang sangat cerdas sehingga bisa mencari celah yang sangat kecil sekalipun.

Selain itu, mereka berdalih untuk mengharumkan nama bangsa. Setiap saat, kita akan selalu dihadapkan 2 pilihan yang tergantung 2 posisi kita yang berbeda, yang kadang-kadang memang berat untuk memilihnya. Dalam kisah ini, pilihannya adalah:
a. mengikuti acara untuk mengharumkan nama bangsa (sebagai WNI), atau
b. meninggalkannya karena larangan agama (sebagai muslim).

Sebenarnya pilihan ini tidak sulit. Larangan agama harusnya didahulukan daripada nama bangsa. Apalagi nama bangsa bisa diharumkan dengan cara lain. Ironisinya, pernah suatu saat masjid meminta muslim Indonesia untuk terlibat dalam open house masjid. Mereka mewakili muslim Indonesia. Tetapi sayang sekali, mereka tidak bersedia. Padahal dalam hal ini mereka berperan sebagai muslim dan sebagai WNI sekaligus.


Kisah Kedua
Acara keagamaan bisa kehilangan makna utamanya. Dari kisah itu, kita melihat bahwa acara keagamaan sudah terlupakan oleh perayaan-perayaan, pesta, makan-makan, dll. Dan ini bisa saja terjadi dalam agama Islam. Memang Idul Fitri maupun Idul Adha adalah waktu bersenang-senang seperti yang disabdakan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam. Tetapi juga jangan sampai kehilangan tujuan dan cara merayakannya.

Sebagai contoh adalah acara mudik yang harus mengorbankan banyak uang dan acara pesta yang cenderung berfoya-foya. Pasti kita sudah maklum bahwa menjelang hari-hari perayaan tersebut harga-harga akan naik tajam. Harga-harga ini naik karena ulah kita juga. Bagi orang kaya, kenaikan harga ini tidak menimbulkan masalah. Tetapi bagi keluarga miskin, tentu sangat berat. Jelas ini berkebalikan dengan tujuan hari raya, yaitu agar setiap orang bergembira, termasuk orang-orang yang tidak mampu.

Intinya, pelajaran yang perlu kita ambil dari kisah kedua ini adalah jangan sampai kita membuat Idul Fitri dan Idul Adha kita, hari raya yang hanya diijinkan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam, menjadi kehilangan nilai-nilai keagamaan.


Kisah Ketiga
Perbedaan bukan rahmat. Kita sering mendengar hadits "perbedaan adalah rahmat". Meskipun sudah dibuktikan bahwa hadits ini tidak ada asalnya, tetapi masih banyak orang yang menggunakannya. Padahal praktek di lapangan menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah rahmat. Kisah ketiga adalah contohnya.

Saat menghadapi undangan weihnacht party ada 2 pendapat yang berbeda, yang satu mengharamkan dan yang lainnya menghalalkan. Ada 2 alasan pendapat yang mengharamkan, yaitu karena acara itu adalah perayaan agama lain dan karena di pesta itu terdapat minuman anggur. Padahal Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam melarang muslim menghadiri majelis yang di dalamnya tersedia minuman keras.

Dua staff yang tidak hadir adalah muslim yang meyakini pendapat haram. Apa alasan yang dipakai saat ditanyakan professor? Kalau menggunakan alasan agama, tidak bisa diterima karena ada muslim lain -bahkan lebih banyak- yang menghadirinya. Terpaksa mereka menggunakan alasan lain, yang sebenarnya tidak begitu kuat. Artinya, dengan alasan itu ada point negatif terhadap kedua staff tersebut.

Padahal secara dalil, belum tentu yang terkena efek negatif ini adalah muslim dengan pendapat yang salah. Bisa jadi juga pendapat yang mereka pegang adalah pendapat yang lebih kuat dan benar. Tetapi itulah efek dari perbedaan. Jadi benar, bahwa perbedaan itu bukanlah rahmat.


Kisah Keempat
Baru kali ini saya menemukan orang Jerman sekejam itu. Karena beragama Islam, dia berusaha agar muslim tidak bisa menjalankan agamanya. Kalau perlu, memaksanya dengan hukuman harus berada di luar rumah seharian di cuaca bulan desember yang sangat dingin.

Tetapi alhamdulillah masih ada saudara muslimah yang mau menampungnya beberapa hari. Dan dia sangat ikhlas menolongnya. Di sini saya bisa merasakan masih ada muslim yang tetap menganggap muslim lain adalah saudara, yang siap menolong saudara-saudaranya yang dalam kesulitan.

Saya yakin orang Jerman itu terkejut dengan kejadian itu. Karena sebelumnya dia heran karena muslimah itu ternyata punya teman-teman yang sangat baik walaupun baru beberapa bulan berada di Jerman. Sedangkan dia sendiri tidak punya teman seperti itu.

Jadi teringat dengan sabda Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam bahwa antar muslim itu adalah bersaudara. Karena bersaudara, antar muslim harus tolong menolong. Namun konsep tolong-menolong yang diajarkan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalaam lebih luas dari pada itu. Dengan ringkas, konsep tolong menolong Islam adalah:
a. segeralah menolong siapa saja yang kesusahan
b. janganlah mudah meminta tolong orang lain.


Kisah Kelima
Jangan bumbui ajaran agama dengan kebohongan. Agama Islam sangat menekankan kejujuran dan sangat melarang berbohong walaupun hanya bercanda. Kalau bercanda saja dilarang berbohong, apalagi untuk masalah agama. Efeknya memang sangat besar.

Contoh kisah weihnachtmann di kisah kelima adalah contohnya. Cerita ini memang cerita bohong yang diberikan ke anak kecil. Akibatnya, setelah mereka dewasa, mereka tahu dengan sendirinya bahwa itu adalah bohong. Sehingga mereka malah meremehkan tokoh tersebut. Sehingga bukan pemandangan yang aneh lagi kalau kita dapati tokoh itu diperani oleh seorang wanita yang berpakaian tidak pantas (red. maaf), atau tempat-tempat maksiat dan kemaksiatan menggunakan tokoh ini sebagai bintang iklan. Efek yang lebih besar adalah mereka menjadi tidak percaya lagi dengan ajaran agamanya.

Jadi, jangan pernah memberikan kebohongan dalam ajaran agama, seperti kisah palsu atau malah hadits palsu. Mungkin efek awalnya akan bagus. Tetapi efek jangka panjangnya bisa sangat mengerikan.


Selengkapnya...

Thursday, December 24, 2009

Bulan Desember di Dresden (bag. 1)

Di bulan Desember ini, ada beberapa kejadian, yang saya kira perlu dijadikan pelajaran buat kita. Tidak bermaksud menyakiti penganut agama lain, tulisan ini hanya bermaksud memberikan pelajaran buat kaum muslimin, untuk perbaikan diri sendiri. Kebetulan kisahnya (mungkin) terkait dengan kegiatan agama lain. Kegiatan itu adalah Weihnacht.

Kisah Pertama
International Office TU Dresden mengadakan acara Weihnacht Party. Selain mengundang mahasiswa TU Dresden untuk hadir, juga mengundang perwakilan negara-negara lain untuk mengisi acara. Organisasi masyarakat Indonesia di Dresden antusias untuk mengisi acara tersebut, dan menampilkan sebuah tari yang dilakukan berkelompok. Sebagian besar dari penari itu adalah muslim dan muslimah (sekitar 80%). Padahal pesta itu memperingati perayaan agama lain, bukan agama Islam.
Penari ini berlatih berhari-hari karena hampir semuanya belum pernah melakukan tari tersebut. Tentu saja bisa dianggap butuh waktu yang banyak. Apalagi tari ini adalah tari kelompok, yang menuntut kerjasama. Sehingga, meskipun pernah menarikannya, tetapi tetap perlu latihan kekompakan karena sebelumnya mereka bukan satu kelompok tari, hanya dibentuk saat mau tampil. Selain itu, muslim yang lain juga membantu dalam bentuk lain. Misalnya, menyediakan tempat dan memberikan konsumsi bagi penari saat latihan.

Kisah Kedua
Semester ini saya mengikuti kursus bahasa Jerman. Seminggu yang lalu adalah pertemuan terakhir dari kursus tersebut. Nah, di pertemuan terakhir itu, pelajaran diberikan dalam bentuk diskusi. Tema yang didiskusikan adalah tentang Weihnacht. Saya adalah satu-satunya peserta yang muslim. Sedangkan sisanya memeluk agama yang saat ini sedang merayakan Weihnacht. Sebenarnya ada 1 peserta lagi yang berbeda agama tetapi dia tidak hadir di pertemuan terakhir tersebut.
Karena pesertanya dari berbagai negara, mereka menceritakan perayaan Weihnacht di negara-negara masing-masing. Dari diskusi itu, saya dapatkan bahwa semuanya menceritakan tentang pesta perayaannya. Dan tidak menyinggung tentang peribadatan, yang seharusnya menjadi inti perayaan. Memang ada 1 peserta yang menyinggung tentang peribadatan, tetapi disinggung dalam sisi negatif, yaitu sebuah acara yang menjemukan.

Kisah Ketiga
Research group saya juga mengadakan perayaan Weihnacht. Selain mengundang semua staff di research group, juga mengundang mahasiswa S2, tanpa memandang agama masing-masing. Tentu saja ini atas inisiatif professor sebagai kepala research group.
Ceritnya, ada 2 staff research group yang tidak menghadiri, yang membikin kecewa professor itu. Kedua staff itu beragama Islam dan berpandangan bahwa Islam melarang muslim untuk menghadiri acara perayaan hari besar agama lain. Tetapi di sisi lain, ada mahasiswa muslim lain (bahkan banyak) yang mengikuti acara tersebut. Yang intinya, ada muslim yang menganggap bahwa menghadiri perayaan hari besar agama lain adalah boleh (halal).

Kisah Keempat
Ada seorang muslimah muallaf yang bekerja sebagai Au Pair di keluarga Jerman, yang mempunyai 4 orang anak yang masih kecil. Keluarga ini mengaku tidak percaya adanya Tuhan. Dengan kata lain mereka adalah atheis. Muslimah tersebut berpindah agama saat sudah bekerja di keluarga tersebut.
Awalnya mereka membolehkan muslimah tersebut untuk berjilbab. Tetapi lama-kelamaan mereka berusaha melarang sedikit demi sedikit. Awalnya, hanya melarang saat mengantar dan menjemput anak-anak mereka ke sekolah. Lama-lama mereka melarang memakai jilbab saat di rumah. Jadi, hanya saat keluar rumah dan sendirian saja, dia bisa mengenakan jilbabnya.
Puncaknya adalah saat perayaan weihnacht. Awalnya, mereka berencana mengadakan pesta di rumah dengan mengundang keluarga dan teman-temannya. Dan, sudah pasti mereka akan melarang muslimah tersebut untuk mengenakan jilbab saat di rumah. Tetapi mereka membolehkan mengenakan jilbab tersebut asalkan tidak berada di rumah. Padahal itu akan berlangsung selama 2 hari.
Saya tidak bisa membayangkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Yang saya tahu, itu akan menjadi masalah besar buat muslimah itu, yang tidak punya saudara sendiri di Dresden karena dia berasal dari sebuah negara di Afrika. Tetapi Alhamdulillah, ada saudara karena agama, seorang muslimah, yang bersedia membantu dengan menampung di rumahnya selama 2 hari tersebut.
Namun, mendekati hari H, keluarga itu berubah pikiran. Pesta itu tidak jadi di keluarga mereka, tetapi ke tempat lain, di kota Stuttgart. Untuk yang terakhir ini, mereka tidak memberi pilihan ke muslimah tadi. Dia harus ikut dan selama itu dia tidak boleh mengenakan jilbab.

Kisah Kelima
Beberapa hari menjelang hari weihnacht anak pertama saya masih sekolah. Sepulang sekolah dia menunjukkan hadiah yang diperoleh dari gurunya. Hadiah itu berupa sebuah buku yang bagus, alhamdulillah. Menurutnya dia dapat hadiah karena prestasi hari itu bagus. Selain dia, ada 4 siswa lagi yang juga mendapat hadiah.
Kemudian dia bercerita. Katanya bahwa hadiah itu berasal dari weihnachtmann. Bu Gurunya yang mengatakan demikian. Menurut Bu Guru, yang berprestasi bagus hari itu akan mendapatkan hadiah dari weihnachtmann.
Karena kita tahu pasti bahwa weihnachtmann itu tidak ada, saya dan isteri saya pun mencoba menerangkan bahwa itu adalah bohong. Hadiah itu bukan berasal dari weihnachtmann tetapi dari Bu Guru atau dari sekolah. Mereka membelinya di toko dekat sekolahan, yang juga dekat dengan rumah tinggal kami. Kami tidak mau anak kami diberi cerita bohong.

(bersambung)


Selengkapnya...

Monday, March 2, 2009

Filosofi dari Ahli Mesin Bubut

Setelah beberapa bulan, seperti biasa motor saya harus menjalani "general check-up", terutama bagian modifikasi roda 3. Bagian modifikasi memang bukan hasil penelitian, sehingga menjadi wajar jika sering timbul masalah. Hal ini berbeda dengan bagian motor-motor yang lain, yang dibuat melalui proses perancangan yang teliti, sehingga hasilnya akan lebih bagus.

Di tempat "general check-up" (sebuah bengkel bubut), alhamdulillah, motor saya ditangani oleh pemilik bengkel sekaligus orang yang paling ahli di bengkel tersebut. Beliau juga ahli menggunakan mesin bubut. "Saya tidak menyangka loh, pak, kalau bagian as ini bisa retak. Padahal saya memilihkan bahan yang paling kuat," begitu Pak Har menyampaikan hasil pertama pengecekan.

Tidak disangka, kalimat pembuka tersebut menjadi awal pembicaraan selanjutnya yang cenderung serius di antara kami. Tentunya sambil terus melakukan pengecekan dan perbaikan jika diperlukan. Akan saya sampaikan satu tema pembicaraan yang menurut saya paling menarik.

Memang dalam membuat modifikasi motor roda 3 ini, Pak Har sudah memperhitungkan berbagai hal, namun masih saja ada kemungkinan salah perhitungan. Beliau sudah terbiasa melakukan perhitungan dari berbagai hal karena sudah terbiasa mengoperasikan mesin bubut. Dari mesin bubut inilah, pembicaraan kami menjadi berkembang.

Dengan mesin bubut itu, beliau sudah berhasil membuat berbagai alat. Masih dari beliau, dalam pembuatan suatu alat, banyak settingan yang perlu diperhatikan. Settingan ini bisa dikatakan dari berbagai sisi dan arah: atas, bawah, depan, belakang, samping, kemiringan pisau, dll, sampai saya menjadi tidak paham. Salah sedikit dari satu sisi/arah, hasilnya bisa dipastikan tidak akan sesuai dengan harapan. Kalau semua settingan ini benar, barulah hasilnya akan sesuai.

Akhirnya beliau menganalogikan dengan kehidupan ini. Untuk menjalani hidup ini, setiap orang harus memperhatikan dari berbagai sisi. Setiap sisi ini harus di-setting sehingga manusia bisa menjalani hidup dengan benar. Bila ada satu sisi yang terlupakan, tujuan akhir manusia tentulah tidak akan tercapai secara sempurna. Hanya dengan settingan yang benarlah manusia bisa mencapai tujuan akhir hidup ini.

Betul juga apa yang disampaikan oleh Pak Har. Terbayang di pikiran saya, apa yang terjadi seandainya mesin bubut itu tidak di-setting sama sekali. Tentunya besi yang dibubut itu akan tetap seperti semula, tidak menjadi alat, atau bahkan hancur tidak terbentuk.

Tanpa saya sadari, filosofi Pak Har ini terbawa ke rumah dan ke tempat tidur. Pikiran saya pun bertambah kacau hingga muncullah pikiran-pikiran ini:
  1. Agar settingan tidak salah, tentunya pembuat mesin bubut itu sudah menyertakan manual penggunaan. Tanpa manual ini, Pak Har tidak akan bisa mengoperasikan mesin bubut tersebut. Kalau tidak bisa mengoperasikan, Pak Har pasti hanya bisa mencoba-coba, yang hasilnya bisa benar dan bisa salah. Padahal dengan cara seperti itu, kemungkinan salah akan jauh lebih besar dibandingkan kemungkinan benar. Padahal juga, kalau salah, bisa timbul kemungkinan yang lain yaitu mesin bubut akan jadi rusak, tidak bisa dipakai, dan mesin itu menjadi sia-sia.
  2. Meskipun ada manual, pengoperasian tetap memerlukan latihan. Tanpa latihan yang berulang-ulang, tidak mungkin Pak Har bisa mengoperasikan mesin bubut itu dengan terampil. Apa yang terjadi jika malas latihan? Apa pula yang terjadi jika tidak pernah latihan dan hanya memajang manual ini di lemari atau sebagai hiasan?
  3. Seperti mesin-mesin lain, jika ada salah satu bagian yang rusak maka harus segera diperbaiki. Kalau tidak, kemungkinan besar akan merusak bagian yang lain.
  4. Kesalahan pengoperasian mesin bubut ini bisa berbahaya, tidak hanya buat yang mengoperasikan tetapi buat orang-orang sekitarnya bahkan buat alam lingkungan di sekitarnya.
Bagaimana dengan hidup kita?

Selengkapnya...

Monday, May 26, 2008

Menumbuhkan Kemandirian pada Anak

Sifat mandiri sangat diperlukan oleh setiap orang. Dengan sifat mandiri ini, setiap orang dapat menghadapi setiap masalah yang dihadapi, tanpa harus menunggu atau bergantung pada orang lain. Artinya, meskipun tidak ada orang yang siap membantu, siap menghadapi masalah. Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, yang tetap mempunyai kemungkinan membutuhkan orang lain. Dengan kata lain, mandiri berarti siap menyelesaikan masalah baik sendirian maupun dengan bantuan orang lain, dan jika dengan bantuan orang lain tidak berarti melepaskan semua tanggung jawab ke orang tersebut.

Sifat mandiri ini perlu diajarkan ke setiap orang sejak dini. Namun, mengajarkan kemandirian ini ternyata tidak mudah. Dan ini yang kami alami, waktu mengajarkannya ke anak pertama. Banyak metode yang sudah kami dapatkan dan kami terapkan. Bahkan kami menerapkannya sejak anak kami berumur 3 tahun. Waktu itu kami cukup berhasil, semasa kami masih tinggal di Jerman. Mungkin karena dukungan dari pelajaran di sekolah (Waktu itu di "Kindergarten", TK), yang memang lebih banyak mengajarkan perilaku, baik sebagai individu maupun sosial. Namun, saat kami kembali ke Indonesia dan anak kami masuk TK, kemandirian itu banyak yang hilang.

Pikiran pertama kami, mungkin ini disebabkan karena sekolah di Indonesia lebih banyak mengajarkan kemampuan akademik. Jadi, kami harus mengajarkan "sendirian". Ini artinya, kami harus lebih banyak meluangkan waktu. Tetapi setelah sekian tahun, belum juga kelihatan hasilnya. Tambah buruk lagi saat adiknya lahir.

Akhirnya, sekitar 1 atau 2 bulan yang lalu, kami mendapatkan metode yang baru. Metode ini sangat sederhana, dan tidak pernah kami bayangkan sebelumnya.

Metode ini ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta, dengan program acara yang berjudul Nanny 911. Program acara ini menampilkan sekelompok konsultan yang bisa dipanggil untuk membantu menyelesaikan problem-problem rumah tangga. Dalam salah satu episode menampilkan keluarga yang memiliki problem yang sama dengan keluarga kami.

Setelah mengamati kegiatan keluarga ini beberapa hari, seorang konsultan yang dikirim (sebut saja Nanny) menganalisis penyebab susahnya menumbuhkan sifat mandiri ke anak. Dan penyebabnya adalah "si orang tua selalu menemani anaknya saat tidur". Yang dimaksud menemani di sini tidak hanya menemani selama si anak tidur, tetapi juga menemani anak waktu berangkat tidur sampai si anak tertidur.

Kalau kami tidak salah tangkap, logikanya seperti ini. Saat si anak tertidur, orang tuanya ada di dekat dia. Perasaan ditemani orang tua ini akan tetap ada selama anak tidur, walaupun saat itu orang tuanya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Perasaan inilah yang mempengaruhi hilangnya sifat mandiri. Karena si anak merasa, orang tuanya ada setiap saat dan siap membantunya. Pengaruh yang diberikan pada saat jiwa dalam keadaan kosong seperti saat tidur, bisa tertanam sangat dalam hingga si anak sadar dalam bangunnya. Peristiwa ini identik dengan telepati, hipnotis, guna-guna, dll, dimana seseorang bisa mempengaruhi orang lain saat orang lain itu dalam kondisi kejiwaan yang kosong atau lemah.

Meskipun agak tidak percaya, apa yang terjadi pada keluarga itu kami bandingkan dengan kondisi kami. Dan memang agak mirip. Setelah anak kedua kami lahir, anak pertama selalu tidur dengan saya. Waktu itu yang terpikirkan di saya adalah agar anak pertama saya tidak merasa cemburu karena mamanya, yang selama ini selalu menemani, lebih banyak mengurus adiknya. Dan itu berlanjut sampai anak pertama saya masuk SD.

Akhirnya, meskipun masih tidak percaya, kami mencoba menerapkan metode ini. Anak pertama, kami biarkan tidur di tempat tidurnya sendirian. Tidak terlalu susah, karena memang sebelum-sebelumnya dia sudah ingin tidur sendirian. Alasannya, biar terasa luas.

Subhanallah, tidak perlu menunggu lama. Tidak sampai menunggu mingguan anak itu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kemandirian. Hanya beberapa hari, dia sudah mau mengenakan baju dan sepatu sendiri. Yang lebih mengejutkan, dia juga mau mandi sendiri, kegiatan yang dulu pernah dia lakukan sendiri saat masih di Jerman dan lama terhenti. Biasanya juga, kalau bangun pagi suka rewel, sekarang tidak lagi. Dan terakhir adalah kejadian beberapa hari lalu. Anak saya yang berumur 7 tahun dan laki-laki itu, tiba-tiba meminta ijin ke mamanya untuk mencuci piringnya sendiri. Bahkan akhirnya mencuci semua piring setelah acara makan bersama. Alhamdulillah. Meskipun hasil cucian piringnya tidak bersih, kami biarkan saja dan tidak mencelanya, namanya juga baru belajar. Semua kegiatan itu dia lakukan dengan kesadaran sendiri tanpa pernah kami suruh.

Mungkin ini hanya sugesti. Tetapi kami sudah membuktikan bahwa salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan kemandirian pada anak adalah tidur yang selalu ditemani. Jadi ingat salah satu pesan Muhammad, Rasulullah SAW, agar memisahkan tidur anak jika sudah beranjak besar. Mungkin ini salah satu manfaatnya. Wallahu a'lam.

Selengkapnya...

Tuesday, March 25, 2008

Menggapai Bahagia..

Hidup bahagia adalah dambaan setiap orang. Tetapi kebahagiaan ini tidak bisa datang dengan sendirinya. Kebahagiaan harus diusahakan untuk hadir. Ada unsur usaha yang perlu dilakukan agar hal itu tercapai. Berikut ini adalah sebab-sebab agar tercapai hidup bahagia menurut majalah SwaraQuran (No. 7, Tahun ke-5):
  1. Iman dan Tauhid, iman hanya kepada Allah SWT sebagai satu-satunya penguasa dan yang mengatur segala hal.
  2. Mensucikan jiwa, bersungguh-sunguh mensucikan jiwa hingga tercapai derajat ihsan. Pensucian hanya dapat dilakukan dengan tauhid, menjalankan kewajiban, meninggalkan yang haram, dan rajin melaksanakan sunnah.
  3. Shalat, dengan shalat seorang manusia dalam posisi yang paling dekat dengan Rabbnya
  4. Qonaah dan Ridha dengan Ketentuan Allah SWT, merasa puas dengan karunia Allah SWT dan yakin bahwa pilihan Allah SWT untuknya itu lebih baik daripada pilihannya sendiri.
  5. Banyak mengingat Allah SWT, merupakan sebab penting ketenangan jiwa dan berpengaruh menghilangkan kesusahan dan kesedihan.
  6. Ilmu yang bermanfaat, akan melapangkan dada karena kebodohan akan menimbulkan kesempitan dan keterkungkungan.
  7. Berbuat baik kepada sesama, sesungguhnya orang yang dermawan dan suka menolong adalah manusia yang paling lapang dadanya dan paling ceria hatinya.
  8. Tidak berlebih-lebihan dalam 6 hal, yaitu dalam hal memandang, berbicara, mendengar, bergaul, makan dan tidur.
  9. Rasa cinta kepada Allah SWT, dengan cinta akan merasa nikmat saat beribadah kepada-Nya.
  10. Taubat dan istighfar
  11. Syukur ketika mendapat nikmat
  12. Bersabar saat mendapatkan bencana
  13. Doa dan membaca Al-Qur'an, akan merasakan ketenangan dan ketentraman.
  14. Hati yang tegar, hanya bersandar dan bertawakkal kepada Allah SWT semata.
  15. Bersahabat dengan orang-orang shalih, bergaul dengan orang yang merasakan bahagia hakiki akan terpengaruh dengan mereka dan akan mengikuti jejak langkah mereka.
  16. Optimis memandang hidup, putus asa merupakan sumber kesedihan, keresahan dan keguncangan batin.
  17. Umur panjang diisi dengan amal shalih
  18. Berbakti kepada orang tua dan menyambung silaturrahim, akan menimbulkan ketenangan dan kebahagian.
  19. Penghasilan yang halal, juga akan menenangkan hati.
  20. Isteri yang shalihah
  21. Tetangga yang baik
  22. Rumah yang lapang
  23. Kendaraan yang menyenangkan

Selengkapnya...

Wednesday, October 3, 2007

Iklan Sirup

Mohon maaf, kalau tulisan ini di luar topik. Nggak tahan saja melihat iklan yang akan saya ceritakan ini, yang sepertinya hanya akan diputar di bulan Ramadhan. Tetapi memang adalah perlu untuk sekali-kali menulis di luar topik.

Seperti yang sudah saya singgung di awal, iklan ini tentang minuman sirup (tidak perlu saya sebutkan mereknya). Diputar di bulan Ramadhan, dan kemungkinan hanya di Bulan Ramadhan karena berdasarkan isi ceritanya.

Cerita iklan diawali dengan seorang pemuda yang sedang menyapu. Saat menyapu, dia melihat anak-anak melempari pohon rambutan milik tetangga si pemuda. Saat itu juga, pemuda tersebut meneriaki anak-anak itu dan mengusir mereka pergi. Pemuda ini termasuk orang tidak punya, sedangkan tetangga pemilik pohon rambutan adalah orang kaya.

Setelah semua anak pergi, pemuda tersebut memunguti rambutan yang sudah jatuh dan menaruhnya ke dalam keranjang bambu. Lumayan banyak juga. Selanjutnya rambutan yang sudah terkumpul diantar ke pemilik pohon. Seorang Ibu, pemilik rumah, menerima rambutan itu dengan wajah dingin sambil bilang "oooo.....". Pemuda itu meninggalkan pemilik rumah dengan wajah nyengir.

Sore harinya, ibu tadi mengirim es sirup, tentunya sirup merek iklan tsb, yang dicampur dengan rambutan ke pemuda itu. Tetap dengan wajah tanpa senyum, ibu itu memberikan es sirup tersebut (Episode yang baru, ada senyumnya). Dan tentu si pemuda menyambut dengan senyum ceria.

Ada dua hal yang perlu dicermati, pertama kenapa saat menerima rambutan ibu tadi menerima dengan wajah dingin tanpa ucapan terima kasih. Kedua si pemuda juga dengan ekspresi wajah nyengir. Intepretasi terhadap iklan ini tergantung penonton karena memang iklan tsb menggunakan bahasa tubuh.

Kalau intepretasi saya tentang ibu tadi, balasan berbentuk materi lebih penting dari non materi. Sirup sebagai simbol materi adalah yang diberikan oleh ibu tersebut. Sedangkan ucapan terima kasih yang tulus dan wajah dengan senyum adalah simbol non materi, yang tidak diberikan. Ibu tersebut lebih suka memberikan sirup daripada senyuman dan ucapan terima kasih.

Sedangkan intepretasi saya tentang pemuda tadi, saat dia membantu, dia mengharapkan sedikit rambutan diberikan ke dia. Tetapi ternyata ibu tadi tidak memberikan rambutan yang sudah dikumpulkan. Makanya wajahnya jadi nyengir. Mungkin kurang ikhlas.

Dan memang, sepertinya itu yang terjadi di masyarakat kita. Kita lebih suka memberikan balasan materi daripada non-materi terhadap orang lain yang membantu kita. Kalau dua-duanya tidak masalah. Tetapi jangan sampai yang non-materi tidak diberikan sama sekali.

Demikian juga dari sisi orang yang membantu orang lain. Janganlah kecewa kalau orang tidak memberikan penghargaan terhadap apa yang kita lakukan. Kita harus benar-benar ikhlas dalam membantu.

Kalau dari sudut pandang saya sendiri, sungguh saya sangat senang jika orang yang saya bantu berhasil. Dan, Insya Allah, tidak ada keinginan untuk mendapatkan balasan materi. Tetap menganggap saya sebagai teman dan tidak segan untuk minta bantuan lagi, sudah merupakan balasan yang sangat menyenangkan.

Selengkapnya...