Wednesday, April 29, 2009

Hipnotis dan Sihir

Kisah ini adalah kisah yang nyata, dan saya memperolehnya dari sumbernya secara langsung. Jika kisah ini saya tulis di blog, tidak dimaksudkan untuk membikin takut pengunjung blog. Akan tetapi, diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kriminalitas yang memang banyak terjadi di lingkungan kita.

Kisah kita kali ini menimpa seorang rekan kerja, sebut saja Pak Yon. Saat itu, Pak Yon sedang menuju ke kampus dari rumah dengan mengendarai mobil dan melewati Jalan Kaliurang. Beberapa kilometer sebelum sampai di pintu gerbang kampus, mobil Pak Yon menyenggol (atau sengaja disenggol) kendaraan lain. Pak Yon tetap melaju setelah meyakinkan lewat kaca spion bahwa kendaraan yang tersenggol tersebut tidak mengalami masalah.

Namun, beberapa saat kemudian ada mobil yang menyusul dan berusaha menghentikan mobil Pak Yon dengan isyarat. Karena merasa sebelumnya ada masalah, Pak Yon bersedia menghentikan mobilnya. Dan memang benar, pengendara mobil tersebut ingin membicarakan masalah tersenggolnya kendaraan tadi.

Saat itulah, pengendara mobil menepuk pundak Pak Yon. Setelah tepukan itu, Pak Yon seperti tidak bisa berpikir logis lagi. Menurut pengakuan Pak Yon, mulut beliau seperti terkunci dan sulit untuk berbicara. Akibatnya, istilah orang Jawa mengatakan Pak Yon seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Yang artinya adalah menurut apa yang diperintahkan. Dalam sekejap, semua uang di saku, HP, dan ATM (termasuk pin) Pak Yon diserahkan dengan sukarela ke pengendara mobil itu. Saat Pak Yon sudah tersadar, uang di tabungan sudah habis.

Cara menghilangkan kesadaran itulah yang disebut sebagai hipnotis. Karena korban kehilangan kesadaran, pasti akan mau melakukan apapun yang diperintahkan oleh orang yang menghipnotis. Selain kisah rekan saya di atas, kriminalitas dengan hipnotis sudah sering terjadi dan diberitakan di media masa. Tetapi baru kali ini saya menjumpai korbannya secara langsung. Saat saya pergi ke Jakarta beberapa hari lalu, di sebuah stasiun terpampang spanduk besar bertuliskan tentang peringatan kepada penumpang kereta agar hati-hati terhadap kriminalitas dengan hipnotis. Ini menunjukkan bahwa kejahatan ini memang sudah sering terjadi. Dan saya tidak menyangka sekarang kejahatan itu sudah demikian dekat dengan rumah dan tempat kerja saya.

Selang beberapa hari, pundak isteri saya ditepuk seorang ibu saat berada di angkutan umum. Bukanlah sebuah kebetulan jika ibu ini sudah melakukan hal yang sama ke isteri saya untuk yang kedua kalinya. Tepukan pertama dari ibu ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Kejadian setelah kedua tepukan itu juga sama, yaitu ibu itu meminta sejumlah uang. Bedanya, mungkin ibu ini tidak ingat kalau beliau pernah menepuk isteri saya karena tidak mengenali isteri saya yang penampilannya sudah berbeda dibandingkan dengan tepukan yang pertama.

Tentu saja kami curiga bahwa ini termasuk usaha untuk menghipnotis karena 3 alasan. Pertama, buat orang Yogya mengajak seseorang berbicara dengan menepuk pundak adalah tidak biasa, terutama buat orang yang belum dikenal. Tepukan ini hanya diperlukan jika ada suara bising di sekitar, kalau tidak, orang Yogya akan bilang "Nuwun sewu" untuk memulai berbicara. Dan isteri saya yakin bahwa suasana saat itu tidak bising, dan berbicara langsung lebih mudah dilakukan karena ibu itu duduk di sebelah isteri saya. Kedua, tepukan yang diberikan cukup keras. Kalau tepukan untuk memulai berbicara dilakukan, biasanya hanya berupa tepukan pelan (atau lebih tepatnya menyentuh). Ketiga, kejadiannya terulang 2 kali oleh orang yang sama. Kejadiannya berikutnya pun juga sama, yaitu meminta uang.

Kalau misalnya dugaan kami benar, alhamdulillah, isteri saya tidak terhipnotis. Kemungkinan karena isteri saya tidak pernah menatap mata ibu itu. Seperti yang pernah saya baca, agar kita terhindar dari hipnotis, harus menghindari menatap mata. Karena hipnotis disalurkan lewat mata. Selain itu, saat ditepuk, isteri saya sedang disibukkan dengan dzikrullah. Dzikir memang bisa menghindarkan seseorang dari bahaya.

Hipnotis mungkin bisa dikategorikan sebagai sihir. Bagi umat Islam, sudah cukup jelas bahwa sihir adalah haram. Jangankan menggunakan sihir, membalas sihir dengan sihir juga diharamkan. Apapun tujuan penggunaan sihir, tidak menyebabkan sihir ini menjadi halal, meskipun dengan dalih untuk kebaikan.

Sudah sepantasnya kita tidak mempelajari dan menggunakan sihir. Selain memang berdosa besar (karena haram), sangat mungkin dosanya tidak bisa diampuni. Kalau kita berdosa hanya dengan Allah SWT, insya Allah, Allah SWT akan memberi ampunan saat kita bertobat. Tetapi jika kita berdosa dengan manusia, Allah SWT tidak akan mengampuni sebelum manusia itu mengampuni kita. Padahal dosa sihir itu terkait dengan manusia karena sudah didzholimi. Dan saya sangat yakin, sulit buat orang yang menggunakan sihir akan meminta ampun kepada orang yang pernah disihir. Jika ini terjadi, maka sangat mungkin Allah SWT tidak akan mengampuni.

Selengkapnya...