Thursday, June 26, 2008

Jujur, Kiat Menuju Selamat

Muslim.or.id memuat artikel tentang jujur. Beberapa hal yang disampaikan dalam artikel tersebut antara lain tentang definisi jujur, keutamaan jujur, dan macam-macam jujur. Menurut saya cukup bagus karena dilengkapi dengan dalil-dalil, baik dari Al-Qur'an maupun Al-Hadits.

Silakan membaca artikel tersebut untuk mendapatkan pengetahuan selengkapnya.

Selengkapnya...

Tuesday, June 3, 2008

Kejujuran Ilmiah

Beberapa bulan yang lalu, ada kejadian yang sedikit "mencoreng" dunia ilmiah, khususnya penelitian. IPB lewat salah satu penelitiannya mengungkapkan ada bakteri yang berbahaya dalam produk susu formula dan makanan bayi. Mendengar ini, dengan tidak menghargai peneliti, Menkes membantah hasil penelitian itu. Bahkan Menkes menuduh IPB dibiayai pihak asing untuk menghancurkan produsen susu dalam negeri. Menkes didukung oleh hasil penelitian Badan POM yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bakteri tersebut, serta menambahkan bahwa susu formula dan makanan bayi yang beredar di masyarakat. Badan POM adalah salah satu badah yang berada di bawah Departemen Kesehatan.

Di sini saya tidak akan membahas tentang mana penelitian yang benar karena sudah basi. Yang saya bahas adalah etika dalam penelitian. Pertama, bahwa tanggapan yang diberikan pemerintah benar-benar tidak menghargai peneliti. Ungkapan yang disampaikan ke Menkes menunjukkan adanya ketidak-percayaan peneliti dan hasil penelitiannya, bahkan memberikan tuduhan yang menyakitkan. Peneliti bisa saja berbuat salah, dan itu wajar. Wajar juga kalau peneliti mengumumkan hasil penelitiannya. Karena semuanya wajar, tidak perlu ditanggapi dengan emosi seperti kebakaran jenggot. Jika berpikiran positif, hasil penelitian harus ditanggapi dengan hasil penelitian juga. Ilmiah dijawab dengan ilmiah, bukan dengan emosi.

Kedua, namun di sisi lain, ternyata memang terjadi juga peneliti (baik dari akademisi dan non-akademisi) yang tidak jujur dalam penelitiannya. Ada peneliti yang berpikiran bahwa yang penting membuat laporan akhir, dan laporan akhir ini harus sesuai dengan tujuan awal yang ditetapkan. Meskipun untuk itu harus mengubah data atau menggunakan data palsu. Beberapa kemungkinan penyebab peneliti melakukan tindakan tidak terpuji, di antaranya:
1. Mengurangi kredibilitas si peneliti. Kalau hasilnya tidak sesuai dengan tujuan menunjukkan kemampuan yang kurang dalam melakukan analisis awal.
2. Memenuhi permintaan pemberi dana. Ada unsur kepentingan bagi pemberi dana sehingga mereka menginginkan hasil tertentu.

Saya memang tidak melakukan survey seberapa banyak peneliti dan penelitian yang curang itu. Tetapi hal itu memang ada. Tetapi yang penting buat kita bukan seberapa banyak peneliti yang curang. Meskipun jumlahnya kecil, tentu akan merusak citra penelitian. Penelitian bisa tidak dipercaya lagi, meskipun sampai saat ini pemerintah memang tidak mempercayai penelitian dari dunia akademisi.

Salah satu contoh kecurangan dalam penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian dari dunia akademisi, keilmiahan, dan intelektualitas tidak seharusnya melakukan kecurangan dalam penelitiannya. Mungkin skala kecurangannya tidak sebesar pada penelitian yang didanai. Tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan karena memberikan pembelajaran yang buruk buat mahasiswa.

Sebagian kecurangan memang kemungkinan karena ketidak-sengajaan. Seperti contoh mengutip pendapat atau hasil penelitian orang lain tanpa menunjukkan rujukannya. Kaidah dalam penelitian adalah "apa yang ditulis dalam laporan adalah hasil pemikiran/karya peneliti selama tidak ada statement yang menyatakan bahwa itu diambil dari pemikiran/hasil penelitian orang lain". Jadi, kalau mahasiswa tidak mencantumkan sumbernya, itu akan dianggap pemikiran mahasiswa. Dan kalau itu terbukti diambil dari orang lain maka mahasiwa akan dianggap sebagai "pencuri" (plagiator).

Tetapi sebagian lagi disebabkan karena kesengajaan. Dan ini sangat memprihatinkan. Orientasinya yang umum adalah nilai. Karena takut nilainya jelek, padahal sudah lelah dan mentok, maka dengan sengaja melakukan pemalsuan. Kalau di dunia informatika, pemalsuan yang dilakukan adalah pemalsuan kepemilikan. Contoh pemalsuan kepemilikan di sini adalah "mengaku" bahwa software yang dia buat adalah bikinan sendiri. Padahal, secara umum penelitian mahasiswa informatika, khususnya S1, lebih dititik beratkan pada pembuatan software (perangkat lunak). Sehingga software memang seharusnya dibuat sendiri. Masih bisa ditolerir jika sebagian adalah buatan orang lain, asalkan disebutkan juga dalam laporan. Asalkan juga, bahwa bagian itu bukan bagian utama dari software yang dibuat.

Jika memang terjadi pemalsuan seperti itu, penguji seharusnya tidak meluluskan penelitian tersebut. Itu adalah tanggung jawab penguji yang sebenarnya juga berstatus sebagai peneliti. Sebagai peneliti memang seharusnya tidak mengakui hasil penelitian yang curang. Tidak mengakui hasil penelitian dinyatakan dalam bentuk tidak meluluskan peneliti (mahasiswa). Demikian juga pembimbing, yang juga peneliti. Sangat tidak etis kalau pembimbing melindungi mahasiswanya. Pembimbing harus tegas demi terciptanya dunia penelitian yang memang menuntut kejujuran.

Selengkapnya...

Jujur tidak sama dengan "Blak-blakan"

Kesalah-pahaman memang kadang tidak bisa dihindari. Misalnya kita ingin mengungkapkan A, tetapi orang lain menangkap sebagai B. Itu adalah biasa. Kesalahan pemahaman ini tidak mutlak kesalahan orang yang menangkap, namun kadang-kadang disebabkan oleh yang mengungkapkan. Misalnya karena apa yang disampaikan tidak lengkap.

Hal yang sama terjadi pada saat memahami kata "jujur". Jujur memang diartikan menyampaikan apa adanya, tidak ada yang ditutupi, tidak macam-macam, dan tidak berbelit-belit. Namun ada jujur yang tidak seharusnya dilakukan, kalau dalam Islam dinyatakan sebagai Haram dilakukan. Dengan kata lain, ada jujur yang diharamkan. Salah satu contoh jujur yang diharamkan adalah membuka aib sendiri.

Jika kita menyimak media massa, akan sering menjumpai tokoh-tokoh terkenal yang blak-blakan, terang-terangan. Kalau blak-blakan itu dalam hal kebaikan, akan tidak jadi masalah. Tetapi kalau blak-blakan itu berkaitan dengan aib dirinya sendiri, maka itu akan jadi masalah. Kalimat seperti ini kemungkinan yang akan kita temui:
- Saya tidak mau munafik kalau tadi malam kami melakukan sebuah kemasiatan (minuman keras, narkoba, dll).
- Biasa kok, itu sudah menjadi kebiasaan kaum jet zet (tulisannya benar nggak?)
- Jujur saja, tadi malam kami pergi berduaan ke mall (tertawa-tawa dan senang saat diliput media, tanpa ada rasa malu)
Yang intinya, bahwa mereka jujur (bahkan menyebut diri tidak munafik) telah melakukan kemaksiatan.

Dalam Islam, kemaksiatan tergolong sebagai aib yang harus ditutupi. Tidak selayaknya kemaksiatan yang dilakukan seseorang disebarkan ke orang lain. Apalagi jika yang melakukan itu menyampaikan dengan penuh kesombongan, dan tanpa rasa malu. Bahkan orang yang demikian dikategorikan sebagai orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan.

Rasulullah SAW menyampaikan dalam salah satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Semua umatku akan ditutupi segala kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan. Masuk dalam kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam hari kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari sehingga ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri menyingkap tirai penutup Allah dari dirinya (HR Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut, meskipun Allah SWT membenci kemaksiatan tetapi Dia menutupi aib orang yang melakukan. Artinya bahwa seharusnya aib kemaksiatan itu tidak disebarkan oleh orang lain.

Yang dilarang di sini adalah membuka aib sendiri untuk kesombongan, seperti contoh-contoh saya yang di atas. Tetapi kalau membuka aib sendiri ini dipakai sebagai salah satu cara buat memperbaiki dirinya sendiri, itu diperbolehkan. (Kalau ada pembaca yang pernah menemukan dalilnya, mohon bantuannya).

Intinya, di samping hukum jujur itu adalah wajib, namun dalam hal-hal tertentu jujur itu diharamkan. Insya Allah, dalam tulisan berikutnya akan disampaikan jujur yang diharamkan lagi.

Selengkapnya...