Monday, September 17, 2007

Puasa Melatih Kejujuran

Tulisan ini saya ambil dari isi kutbah Jum'at di Masjd Ulil Albab, UII, tanggal 14 September 2007. Karena intinya sesuai dengan tema blok ini, maka saya tulis ulang. Tentunya, hanya isinya yang sama, sedangkan kalimat-kalimatnya berbeda dan juga lebih singkat.

Saat ini, umat Islam sedang menjalankan ibadah wajib, Puasa Ramadhan. Dalam puasa ini, setiap muslim yang berpuasa dilarang makan dan minum mulai dari terbit fajar (Subuh) sampai terbenamnya matahari (Maghrib). Terlepas dari larangan yang lain, dalam kutbah tersebut hanya membahas larangan utama tersebut.

Seperti biasa, orang tidak selamanya berkumpul dengan yang lain. Adakalanya sendiri. Di saat sendiri seperti itu, tidak ada orang yang mengawasi. Demikian juga dengan orang yang sedang berpuasa. Nah, di saat sendiri seperti itu, orang yang berpuasa akan punya kesempatan makan dan minum. Tidak sulit buat orang tersebut untuk makan dan minum sekenyang-kenyangnya, dan setelah itu orang lain juga akan tetap percaya kalau orang tersebut bilang masih sedang puasa.

Namun kenapa tidak ada orang berpuasa yang melakukan demikian? Kalaupun ada, pasti dalam hatinya orang tersebut yakin bahwa dia sebenarnya tidak puasa.

Jawabnya, karena setiap orang merasa yakin bahwa Allah SWT selalu mengawasi. Tidak ada gunanya mereka berbohong ke orang lain berpuasa, karena mereka sebenarnya tidak bisa bohong ke hati mereka sendiri dan Allah SWT.

Dengan demikian, jika kita memang benar-benar berpuasa, maka kita dilatih untuk jujur. Dan kita dilatih selama 1 bulan penuh.

Alangkah indahnya jika setiap saat, di luar bulan Ramadhan, kita juga merasakan hal yang sama. Bahwa setiap langkah dan tindakan selalu ada Allah SWT yang selalu mengawasi. Karena ada yang mengawasi, tidak akan ada kejahatan yang terkait dengan ketidakjujuran seperti korupsi, manipulasi, penipuan, pemalsuan, penggelapan, selingkuh, dll.

Selengkapnya...