Friday, August 3, 2007

Halo, Ini dengan Pak Taufiq?

Itulah ucapan pertama dari telpon seberang, yang menghubungi handphone saya. Karena memang saya yang menerima, langsung saya jawab, "betul". Meskipun saat itu, saya sedang asyik-asyiknya mendengarkan sebuah presentasi dalam acara Rapat Koordinasi Fakultas. Tambah semangat lagi menerima telpon, saat penelpon bilang, "Nomor hp milik isteri Bapak mendapat hadiah dari XXX (sebuah perusahaan telekomunikasi) sebagai pelanggan teraktif tahun 2006. Hadiah berupa uang Rp. 10 juta dan pulsa sebesar Rp. 1 juta. dst".

Sebagai pelanggan teraktif? Rasa-rasanya memang iya, karena saya termasuk rajin membayar nomor dari Kartu Pascabayar tersebut, dan selalu menghabiskan limit penggunaan :). Tetapi, saya 'kan belum setahun menggunakan kartu tersebut. Bahkan bisa dibilang, untuk tahun 2006, kami baru menggunakan 2 bulan.

Mengabaikan keheranan itu dan cerita dari teman-teman tentang penipuan, saya layani penelpon tadi. Dan penelpon tersebut menyampaikan tujuannya bahwa dia akan mengirim hadiah tersebut lewat transfer antar rekening Bank. Karena sudah sore, waktu itu sudah pukul 16.?? WIB, dia tidak bisa mentransfer ke Bank. Satu-satunya cara adalah lewat ATM.

Tambah heran dan saya mulai curiga. Jadi teringat tentang penipuan lewat SMS. Tetap mencoba mengabaikan, karena penipuan biasanya 'kan lewat SMS, tetapi saat ini lewat telpon. Saya cek nomor telpon yang tertera di HP, terbaca 021..... Belum sadar, kalau nomor itu juga bisa nomor HP, saya lanjutkan.

Penelpon tersebut akan mentransfer hadiah dengan cara, saya harus ke mesin ATM membawa kartu ATM saat itu juga karena hari itu adalah hari terakhir pengiriman hadiah. Dan lewat mesin ATM itu, penelpon akan memandu pengiriman uang. He.. he.. he.., kalau ini sih sudah jelas, penipuan. Masak mau dikirimi uang, saya yang harus ke ATM?

Namun, mendengar kemampuan bicaranya yang meyakinkan, saya sempat bingung bagaimana menutup pembicaraan. Akhirnya, dengan sedikit "menyombongkan diri", saya bilang: "Sepertinya lebih baik saya menolak hadiah ini, Pak. Karena saat ini saya sedang rapat, dan tidak ingin meninggalkannya karena memang rapat penting. ".

Dan selesailah pembicaraan karena penelpon tersebut bilang bahwa dia tidak memaksa. ....

Selengkapnya...

Thursday, August 2, 2007

Lewat jalan pintas

Untuk memperingati Hari Ulang Tahun berdirinya institusi tempat saya bekerja, diadakan lomba jalan sehat keluarga. Setiap karyawan, baik administratif maupun edukatif, dianjurkan untuk ikut dan membawa keluarga. Bagus, sih, sekaligus bisa mengakrabkan keluarga. Yang menarik adalah saat pelaksanaan lomba.

Rute jalan sehat bisa digambarkan dalam bentuk persegipanjang. Lumayan jauh dan bisa bikin kaki pegal-pegal. Dengan semangat tinggi, sebagian besar mengikuti lomba, namun ada beberapa anggota keluarga tidak ikut serta. Ya nggak masalah, karena ada anggota keluarga lain yang sudah menjadi wakilnya.

Yang jadi masalah, sebelum melewati satu sisi persegipanjang, beberapa peserta ada yang memotong rute. Mereka melewati jalan pintas, sehingga rutenya menjadi lebih pendek. Karena memang bukan acara formal KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), tidak ada juri yang mengawasi. Tidak ada yang melarang.

Memang tidak butuh juri untuk mengawasi pelaksanaan lomba. Kita hanya butuh diri-sendiri untuk mengawasi diri kita sendiri agar tetap di jalur yang sebenarnya. Demikian itu jika kita sadar tujuan dari pelaksanaan lomba. Kalau kita tidak menyadari tujuan dari lomba, sah-sah saja kalau mau mengambil jalan pintas.

Selengkapnya...